Arus Mudik
Pakar ingatkan pemudik gunakan BBM RON tinggi
12 Juni 2018 13:43 WIB
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) kemasan jenis Pertamax pada kendaraan pemudik di 'rest area' Tol Salatiga-Kartasura KM 46+700, Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (11/6/2018). Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), penjualan BBM kemasan maupun dengan 'mobile dispenser' selama masa arus mudik Lebaran sejak Jumat (7/6/2018) hingga Senin (11/6/2018) mencapai sekitar 105 ribu liter BBM dengan didominasi oleh pembelian Pertamax sebanyak 93 persen. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Pakar otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengingatkan, agar pemudik yang memakai kendaraan pribadai mempergunakan bahan bakar minyak (BBM) dengan RON tinggi untuk menghindari kerusakan mesin.
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, para pemudik bisa menggunakan bakar minyak (BBM) dengan RON 92 ke atas, seperti seri Pertamax, karena sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan saat ini.
"Sejak 2003, sebenarnya teknologi mesin kendaraan bermotor sudah tidak cocok lagi untuk BBM RON rendah seperti Premium. Yang sesuai bagi mesin adalah BBM dengan RON tinggi," katanya.
Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai Research Octane Number (RON).
Dalam kaitan itulah Tri menegaskan, jika pemudik memaksakan memakai Premium, maka akan berdampak buruk pada kendaraannya.
Keluhan yang dirasakan adalah, mulai kinerja yang rendah, boros BBM, hingga paling fatal adalah turun mesin dan rusaknya kendaraan.
"Kalau sudah turun mesin tentu biayanya sangat mahal. Untuk jenis Avanza saja, jika piston yang kena, perbaikannya bisa mencapai Rp6-7 juta," kata Tri.
Ketidaksesuaian antara jenis BBM dan spesifikasi kendaraan bermotor saat ini, tambahnya, pada awalnya akan berdampak terhadap kinerja kendaraan yang tidak optimal, misalnya, tenaga yang rendah, akselerasi yang tidak optimal, dan tidak kuat di medan menaik.
Baca juga: 10 tips mudik agar perjalanan selamat sampai tujuan
Baca juga: 11 bagian mobil yang perlu diperiksa sebelum mudik
Dia menambahkan dampak itu semakin besar, jika kendaraan yang dipergunakan adalah keluaran terbaru, karena saat ini Indonesia mulai menerapkan standar emisi yang lebih tinggi.
Dampak Premium untuk kendaraan, bisa menyebabkan injektor tersumbat, sehingga BBM yang disuplai tidak bisa banyak. Akibatnya, mesin tidak akan kuat ketika menanjak.
"Selain itu, karena pembakaran tidak sempurna, maka akan mengakibatkan banyak kerak di dalam ruang bakar. Kerak ini akan meningkatkan kompresi sehingga mesin mengelitik. Jika dibiarkan, makin lama tentu bisa merusak mesin. Piston bisa bolong atau stang piston menjadi bengkok," ujarnya.
Munculnya kerak, menurut dia, karena Premium tidak mengandung aditif. Hal ini berbeda dengan BBM dengan RON tinggi yang memang sudah ditambahkan zat pembersih tersebut.
Oleh karena itu, tambahnya, penggunaan BBM RON tinggi sebaiknya tidak hanya dilakukan ketika mudik. Bahkan, di luar mudik, untuk perjalanan jarak dekat dan di dalam kota, konsumen juga harus membiasakan mengisi kendaraannya dengan BBM yang lebih berkualitas.
Menurut Tri, tidak hanya kendaraan keluaran terbaru, namun yang lebih tua, yaitu yang diproduksi sebelum 2003, sebaiknya juga mempergunakan BBM dengan oktan tinggi, setidaknya RON 90.
Bahkan jika dilakukan pengaturan waktu pengapian (timing igniton), maka penggunaan BBM RON 92 pada kendaraan `tua? tersebut juga akan lebih baik.
Dia mengungkapkan, BBM bisa dianalogikan seperti makanan bagi manusia, yakni semakin "bergizi" BBM yang dikonsumsi kendaraan, tentu mesin semakin sehat.
"Premium itu seperti makanan dengan kolesterol tinggi, yang bisa menyebabkan penyumbatan pada mesin dan akhirnya mengakibatkan `stroke`. Makanya, agar mesin tetap sehat, sebaiknya konsumen mulai membiasakan memakai BBM RON 92 ke atas," kata Tri.
Baca juga: Toyota dan Hyundai merekomendasikan BBM berkualitas
Baca juga: Tips mengelola uang THR
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, para pemudik bisa menggunakan bakar minyak (BBM) dengan RON 92 ke atas, seperti seri Pertamax, karena sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan saat ini.
"Sejak 2003, sebenarnya teknologi mesin kendaraan bermotor sudah tidak cocok lagi untuk BBM RON rendah seperti Premium. Yang sesuai bagi mesin adalah BBM dengan RON tinggi," katanya.
Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai Research Octane Number (RON).
Dalam kaitan itulah Tri menegaskan, jika pemudik memaksakan memakai Premium, maka akan berdampak buruk pada kendaraannya.
Keluhan yang dirasakan adalah, mulai kinerja yang rendah, boros BBM, hingga paling fatal adalah turun mesin dan rusaknya kendaraan.
"Kalau sudah turun mesin tentu biayanya sangat mahal. Untuk jenis Avanza saja, jika piston yang kena, perbaikannya bisa mencapai Rp6-7 juta," kata Tri.
Ketidaksesuaian antara jenis BBM dan spesifikasi kendaraan bermotor saat ini, tambahnya, pada awalnya akan berdampak terhadap kinerja kendaraan yang tidak optimal, misalnya, tenaga yang rendah, akselerasi yang tidak optimal, dan tidak kuat di medan menaik.
Baca juga: 10 tips mudik agar perjalanan selamat sampai tujuan
Baca juga: 11 bagian mobil yang perlu diperiksa sebelum mudik
Dia menambahkan dampak itu semakin besar, jika kendaraan yang dipergunakan adalah keluaran terbaru, karena saat ini Indonesia mulai menerapkan standar emisi yang lebih tinggi.
Dampak Premium untuk kendaraan, bisa menyebabkan injektor tersumbat, sehingga BBM yang disuplai tidak bisa banyak. Akibatnya, mesin tidak akan kuat ketika menanjak.
"Selain itu, karena pembakaran tidak sempurna, maka akan mengakibatkan banyak kerak di dalam ruang bakar. Kerak ini akan meningkatkan kompresi sehingga mesin mengelitik. Jika dibiarkan, makin lama tentu bisa merusak mesin. Piston bisa bolong atau stang piston menjadi bengkok," ujarnya.
Munculnya kerak, menurut dia, karena Premium tidak mengandung aditif. Hal ini berbeda dengan BBM dengan RON tinggi yang memang sudah ditambahkan zat pembersih tersebut.
Oleh karena itu, tambahnya, penggunaan BBM RON tinggi sebaiknya tidak hanya dilakukan ketika mudik. Bahkan, di luar mudik, untuk perjalanan jarak dekat dan di dalam kota, konsumen juga harus membiasakan mengisi kendaraannya dengan BBM yang lebih berkualitas.
Menurut Tri, tidak hanya kendaraan keluaran terbaru, namun yang lebih tua, yaitu yang diproduksi sebelum 2003, sebaiknya juga mempergunakan BBM dengan oktan tinggi, setidaknya RON 90.
Bahkan jika dilakukan pengaturan waktu pengapian (timing igniton), maka penggunaan BBM RON 92 pada kendaraan `tua? tersebut juga akan lebih baik.
Dia mengungkapkan, BBM bisa dianalogikan seperti makanan bagi manusia, yakni semakin "bergizi" BBM yang dikonsumsi kendaraan, tentu mesin semakin sehat.
"Premium itu seperti makanan dengan kolesterol tinggi, yang bisa menyebabkan penyumbatan pada mesin dan akhirnya mengakibatkan `stroke`. Makanya, agar mesin tetap sehat, sebaiknya konsumen mulai membiasakan memakai BBM RON 92 ke atas," kata Tri.
Baca juga: Toyota dan Hyundai merekomendasikan BBM berkualitas
Baca juga: Tips mengelola uang THR
Pewarta: Subagyo
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: