Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Pasar Spot Antar-Bank Jakarta pada Kamis sore merosot tajam melewati angka psikologis Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.115/9.120 dibanding hari sebelumnya Rp9.084/9.092, karena pelaku pasar aktif memburu dolar AS. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa koreksi rupiah terhadap dolar AS dinilai wajar, karena pelaku pasar saat ini membutuhkan mata uang asing itu. Kebutuhan dolar AS oleh pelaku pasar dalam jumlah yang tidak besar, namun menekan rupiah secara perlahan-lahan terus mendekati level Rp9.200 per dolar AS, katanya. Menurut dia, rupiah yang cenderung melemah masih belum mengganggu importir dalam melakukan usahanya, karena nilai rupiah itu masih berada dalam tingkat yang stabil. Bank Indonesia (BI) sendiri mematok kurs rupiah pada tahun ini berkisar antara Rp9.000 hingga Rp9.200 per dolar AS. Jadi pergerakan rupiah yang melemah dan masih berada dalam kisaran tersebut dinilai masih stabil, katanya. Menurut dia, rupiah perlu diwaspadai apabila menembus level Rp9.400 per dolar AS, karena pada level tersebut dikhawatirkan kemerosotan itu akan berlanjut. Kalau posisinya baru menembus level Rp9.200 per dolar AS juga belum mengkhawatirkan, meski kemungkinan para importir meminta Bank Indonesia (BI) untuk kembali menstabilkannya, katanya. Rupiah, lanjut dia, sepanjang pekan ini memang tertekan pasar, selain aksi demo buruh pabrik sepatu Nike juga spekulasi beli dolar AS oleh pelaku lokal yang terus terjadi. "Kami melihat ada pergerakan yang membatasinya, sehingga rupiah terus tertekan, apalagi di pasar internal belum ada isu baru yang muncul di pasar," katanya. Sementara itu, dolar AS naik 0,1 persen menjadi 120,55 yen setelah merosot hingga menembus level 120 yen, dan euro melemah jadi 1,3715 per dolar AS. euro terhadap yen jadi 165,40. (*)