Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi sesuai proyeksi
6 Juni 2018 20:22 WIB
Dokumentasi calon pembeli melihat daging sapi yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (26/5/2018). Menurut Bank Indonesia, THR dan gaji ke-13 bagi aparatur negara dan pensiunan yang dicairkan Juni dan Juli menjadi stimulus fiskal yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini bisa melampaui angka 5,1 persen. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Waluyo, optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 masih akan berada dalam rentang proyeksi 5,1 persen sampai 5,5 persen.
"Kami masih tetap akan optimistis, meskipun kenaikan suku bunga akan sedikit menurunkan koreksi atas proyeksi di awal tahun namun tidak akan mengubah dari sisi kisaran kita di 5,1 persen-5,5 persen," kata dia, ditemui usai diskusi di kantor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 akan lebih banyak disumbang oleh investasi dan konsumsi.
"Kalau kita melihat konsumsi, perkiraan BI akan lebih baik. Aktivitas politik dan olahraga akan mendorong tambahan di konsumsi kita," ujar dia.
Ia juga mengungkapkan, konsumsi berkontribusi 54 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga kenaikan sedikit dari faktor tersebut akan mampu mendorong pertumbuhan lebih baik. "Dan yang kedua adalah investasi, kita pembiayaan infrastruktur akan terus dilakukan pemerintah," kata dia.
Sementara itu, Bank Dunia merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 menjadi 5,2 persen dari sebelumnya 5,3 persen.
Perkiraan itu seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan arus perdagangan yang menurun dari level tertingginya baru-baru ini.
Menurut Bank Dunia, meningkatnya proteksionisme perdagangan, terdapat risiko riil bahwa percepatan perdagangan global baru-baru ini dapat terhenti dan membebani ekspor Indonesia dan dengan demikian menghambat pertumbuhan.
Peningkatan lebih lanjut dalam langkah-langkah dan sentimen proteksionis tersebut, dapat mengakibatkan hambatan yang lebih besar dari sektor eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kami masih tetap akan optimistis, meskipun kenaikan suku bunga akan sedikit menurunkan koreksi atas proyeksi di awal tahun namun tidak akan mengubah dari sisi kisaran kita di 5,1 persen-5,5 persen," kata dia, ditemui usai diskusi di kantor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 akan lebih banyak disumbang oleh investasi dan konsumsi.
"Kalau kita melihat konsumsi, perkiraan BI akan lebih baik. Aktivitas politik dan olahraga akan mendorong tambahan di konsumsi kita," ujar dia.
Ia juga mengungkapkan, konsumsi berkontribusi 54 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga kenaikan sedikit dari faktor tersebut akan mampu mendorong pertumbuhan lebih baik. "Dan yang kedua adalah investasi, kita pembiayaan infrastruktur akan terus dilakukan pemerintah," kata dia.
Sementara itu, Bank Dunia merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 menjadi 5,2 persen dari sebelumnya 5,3 persen.
Perkiraan itu seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan arus perdagangan yang menurun dari level tertingginya baru-baru ini.
Menurut Bank Dunia, meningkatnya proteksionisme perdagangan, terdapat risiko riil bahwa percepatan perdagangan global baru-baru ini dapat terhenti dan membebani ekspor Indonesia dan dengan demikian menghambat pertumbuhan.
Peningkatan lebih lanjut dalam langkah-langkah dan sentimen proteksionis tersebut, dapat mengakibatkan hambatan yang lebih besar dari sektor eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pewarta: Roberto Basuki
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: