Enam BUMN Karya catatkan kinerja keuangan positif
6 Juni 2018 19:00 WIB
Arsip: Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana (kanan) berjabat tangan dengan Sekrertaris Perusahaan Perum LKBN Antara Iswahyuni (kiri), disaksikan Deputi Bidang Usaha Kontruksi Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang (tengah) saat penandatanganan perjanjian kerja sama dan kesepakatan utama (head of agreement), di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (29/11/2017). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta (ANTARA News) - Enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya bidang infrastruktur berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha keuangan secara positif serta signifikan sepanjang kuartal I 2018.
Keenam BUMN yang dimaksud adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya terus mengawasi dan memberikan pendampingan sebaik mungkin bagi seluruh perusahaan pelat merah agar dapat selalu menjaga kesehatan perusahaan.
Terlebih, keenam BUMN Karya tersebut tengah mengemban tugas pembangunan infrastruktur dari Pemerintah.
"Kementerian BUMN akan terus mengawal agar perusahaan negara bisa menjalankan dan menyelesaikan sebaik mungkin amanat pembangunan infrastruktur yang telah diberikan. Sekaligus menjaga agar kesehatan perusahaan tetap terjaga," kata Ahmad Bambang.
Jika dibandingkan dengan kuartal I 2017, pendapatan usaha Hutama Karya naik 110 persen menjadi Rp4,8 triliun dan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp200 miliar. Kemudian Waskita Karya mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 68,56 persen menjadi Rp12,3 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun.
Pendapatan usaha Wijaya Karya dan Adhi Karya pun menunjukkan hasil positif serupa. Emiten berkode saham WIKA dan ADHI tersebut berhasil meraup pertumbuhan pendapatan usaha masing-masing sebesar 64 persen menjadi Rp 6,2 triliun dan 92,8 persen menjadi Rp 3,1 triliun. Hingga 31 Maret 2018, keduanya berhasil membukan laba bersih masing-masing sebesar Rp215 miliar dan Rp73 miliar.
Sementara itu, PT PP juga berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,6 triliun, naik 26 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Laba bersih perseroan naik 26 persen menjadi Rp 204 miliar. Begitupun Jasa Marga, pendapatan perseroan naik 92,8 persen menjadi Rp 9,6 triliun, dengan capaian laba bersih sebesar Rp 560 miliar.
Selain itu, rata-rata pertumbuhan aset keenam BUMN tersebut pun berada diangka 55,98 persen. Pertumbuhan aset tersebut didukung oleh pertumbuhan liabilitas yang rata-ratanya sebesar 72,77 persen.
Ekuitas keenam perusahaan ini pun bertumbuh cukup baik. Ekuitas Hutama Karya naik menjadi Rp 8,7 triliun dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 7,6 triliun. Ekuitas Waskita naik menjadi Rp 24,4 triliun dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 20,2 triliun. Sementara WIKA, ekuitasnya naik menjadi Rp 14,7 triliun dibandingkan kuartal I 2017 sebesar Rp 12,7 triliun.
Begitupun dengan ADHI, PTPP dan Jasa Marga. Hingga 31 Maret 2018, ekuitas ketiga emiten tersebut masing-masing sebesar Rp 5,9 triliun, Rp 14,6 triliun, dan Rp 18,9 triliun. Capaian ini tumbuh cukup baik dibanding periode sama tahun lalu, di mana ekuitas ADHI berada di angka Rp 5,3 triliun, PTPP Rp 10,6 triliun dan Jasa Marga Rp 16,4 triliun.
Ahmad Bambang menambahkan, Kementerian BUMN juga terus mengikuti perkembangan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut. Termasuk mengawasi dan membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik tagihan dana talangan maupun alternatif pendanaan.
"Salah satu yang sudah kami lakukan adalah fasilitas pendanaan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) ruas tol Waskita Karya dan Jasa Marga, serta mengupayakan pembayaran proyek infrastruktur LRT Palembang yang ditalangi Waskita Karya selaku kontraktor," jelasnya.
Keenam BUMN yang dimaksud adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya terus mengawasi dan memberikan pendampingan sebaik mungkin bagi seluruh perusahaan pelat merah agar dapat selalu menjaga kesehatan perusahaan.
Terlebih, keenam BUMN Karya tersebut tengah mengemban tugas pembangunan infrastruktur dari Pemerintah.
"Kementerian BUMN akan terus mengawal agar perusahaan negara bisa menjalankan dan menyelesaikan sebaik mungkin amanat pembangunan infrastruktur yang telah diberikan. Sekaligus menjaga agar kesehatan perusahaan tetap terjaga," kata Ahmad Bambang.
Jika dibandingkan dengan kuartal I 2017, pendapatan usaha Hutama Karya naik 110 persen menjadi Rp4,8 triliun dan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp200 miliar. Kemudian Waskita Karya mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 68,56 persen menjadi Rp12,3 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun.
Pendapatan usaha Wijaya Karya dan Adhi Karya pun menunjukkan hasil positif serupa. Emiten berkode saham WIKA dan ADHI tersebut berhasil meraup pertumbuhan pendapatan usaha masing-masing sebesar 64 persen menjadi Rp 6,2 triliun dan 92,8 persen menjadi Rp 3,1 triliun. Hingga 31 Maret 2018, keduanya berhasil membukan laba bersih masing-masing sebesar Rp215 miliar dan Rp73 miliar.
Sementara itu, PT PP juga berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,6 triliun, naik 26 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Laba bersih perseroan naik 26 persen menjadi Rp 204 miliar. Begitupun Jasa Marga, pendapatan perseroan naik 92,8 persen menjadi Rp 9,6 triliun, dengan capaian laba bersih sebesar Rp 560 miliar.
Selain itu, rata-rata pertumbuhan aset keenam BUMN tersebut pun berada diangka 55,98 persen. Pertumbuhan aset tersebut didukung oleh pertumbuhan liabilitas yang rata-ratanya sebesar 72,77 persen.
Ekuitas keenam perusahaan ini pun bertumbuh cukup baik. Ekuitas Hutama Karya naik menjadi Rp 8,7 triliun dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 7,6 triliun. Ekuitas Waskita naik menjadi Rp 24,4 triliun dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 20,2 triliun. Sementara WIKA, ekuitasnya naik menjadi Rp 14,7 triliun dibandingkan kuartal I 2017 sebesar Rp 12,7 triliun.
Begitupun dengan ADHI, PTPP dan Jasa Marga. Hingga 31 Maret 2018, ekuitas ketiga emiten tersebut masing-masing sebesar Rp 5,9 triliun, Rp 14,6 triliun, dan Rp 18,9 triliun. Capaian ini tumbuh cukup baik dibanding periode sama tahun lalu, di mana ekuitas ADHI berada di angka Rp 5,3 triliun, PTPP Rp 10,6 triliun dan Jasa Marga Rp 16,4 triliun.
Ahmad Bambang menambahkan, Kementerian BUMN juga terus mengikuti perkembangan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut. Termasuk mengawasi dan membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik tagihan dana talangan maupun alternatif pendanaan.
"Salah satu yang sudah kami lakukan adalah fasilitas pendanaan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) ruas tol Waskita Karya dan Jasa Marga, serta mengupayakan pembayaran proyek infrastruktur LRT Palembang yang ditalangi Waskita Karya selaku kontraktor," jelasnya.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: