BMKG menyebut 78 titik panas terdeteksi di Sumatera
6 Juni 2018 17:16 WIB
Tangkapan layar citra satelit pemantauan hotspot oleh bidang Geospasial BNPB per 30 Januari 2017 untuk wilayah Sumatera. (geospasial.bnpb.go.id/monitoring/hotspot)
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan ada 78 titik panas atau "hotspot" terdeteksi di seluruh Pulau Sumatera yang menjadi indkasi awal terjadi kebakaran lahan dan hutan, Rabu sore.
Berdasarkan laporan analisa BMKG Stasiun Pekanbaru pukul 16.00 WIB, yang diterima Antara di Pekanbaru, 78 titik panas tersebar di 10 provinsi termasuk di Provinsi Riau. Keberadaan "hotspot" paling banyak di Riau, yakni mencapai 23 titik.
Kemudian daerah dengan "hotspot" cukup banyak berada di Bengkulu sebanyak 18 titik, Sumatera Utara (14), Aceh (10), Jambi (4), Sumatera Selatan (4), Sumatera Barat (2) dan masing-masing satu titik di Lampung, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Untuk 23 "hotspot" di Riau tersebar di Kabupaten Siak mencapai 9 titik, Pelalawan (5), Dumai (3), Bengkalis (3), Rokan Hilir (2), dan Rokan Hulu (1).
Dari 23 titik tersebut, ada dua titik yang memiliki tingkat keakuratan (level confidence) 70 persen yang artinya bisa disimpulkan benar-benar terjadi kebakaran.
"Dua titik itu masing-masing di Kabupaten Siak dan Rokan Hilir," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno.
Hingga kini kebakaran masih dinilai masih rawan terjadi di Provinsi Riau menjelang Lebaran dan Asian Games 2018.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 30 November 2018 mendatang, sebagai bagian dari upaya untuk mensukseskan pagelaran olahraga akbar se-Asia, Asian Games 2018.
"Yang utama itu tentu Asian Games, Jakarta dan Palembang. Kita sepakat Satgas semua menetapkan perpanjangan status mulai 1 Juni sampai 30 November 2018," kata Wakil Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 lalu, dan akan berakhir pada 31 Mei 2018 mendatang. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilanda kebakaran hebat.
Keputusan itu berdasaran rapat evaluasi yang mengarah pada sejumlah kesimpulan. Pertama, bahwa berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru sebagian wilayah Riau segera memasuki kemarau.
"Kemarau di Riau diprediksi akan berlangsung hingga September mendatang. Terus kenapa kita tetapkan hingga November? Itu sebagai bentuk antisipasi kita," terangnya.
Selanjutnya, dia menuturkan bahwa pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada), tepatnya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, serta Bupati dan Wakil Bupati di Indragiri Hilir, menjadi salah satu alasan perpanjangan status siaga tersebut.
"Dan terakhir tentu saja sesuai arahan presiden agar kita turut mensukseskan Asian Games," ujarnya.
Hingga kini akhir Mei 2018, Satgas mencatat lebih dari 1.800 hektare lahan di Riau hangus terbakar sepanjang periode pertama status siaga berlangsung.
Baca juga: BMKG: titik panas di Sumatera berkurang
Baca juga: Satelit NOAA rekam kemunculan 382 hotspot di Sumatera
Berdasarkan laporan analisa BMKG Stasiun Pekanbaru pukul 16.00 WIB, yang diterima Antara di Pekanbaru, 78 titik panas tersebar di 10 provinsi termasuk di Provinsi Riau. Keberadaan "hotspot" paling banyak di Riau, yakni mencapai 23 titik.
Kemudian daerah dengan "hotspot" cukup banyak berada di Bengkulu sebanyak 18 titik, Sumatera Utara (14), Aceh (10), Jambi (4), Sumatera Selatan (4), Sumatera Barat (2) dan masing-masing satu titik di Lampung, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Untuk 23 "hotspot" di Riau tersebar di Kabupaten Siak mencapai 9 titik, Pelalawan (5), Dumai (3), Bengkalis (3), Rokan Hilir (2), dan Rokan Hulu (1).
Dari 23 titik tersebut, ada dua titik yang memiliki tingkat keakuratan (level confidence) 70 persen yang artinya bisa disimpulkan benar-benar terjadi kebakaran.
"Dua titik itu masing-masing di Kabupaten Siak dan Rokan Hilir," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno.
Hingga kini kebakaran masih dinilai masih rawan terjadi di Provinsi Riau menjelang Lebaran dan Asian Games 2018.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 30 November 2018 mendatang, sebagai bagian dari upaya untuk mensukseskan pagelaran olahraga akbar se-Asia, Asian Games 2018.
"Yang utama itu tentu Asian Games, Jakarta dan Palembang. Kita sepakat Satgas semua menetapkan perpanjangan status mulai 1 Juni sampai 30 November 2018," kata Wakil Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 lalu, dan akan berakhir pada 31 Mei 2018 mendatang. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilanda kebakaran hebat.
Keputusan itu berdasaran rapat evaluasi yang mengarah pada sejumlah kesimpulan. Pertama, bahwa berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru sebagian wilayah Riau segera memasuki kemarau.
"Kemarau di Riau diprediksi akan berlangsung hingga September mendatang. Terus kenapa kita tetapkan hingga November? Itu sebagai bentuk antisipasi kita," terangnya.
Selanjutnya, dia menuturkan bahwa pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada), tepatnya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, serta Bupati dan Wakil Bupati di Indragiri Hilir, menjadi salah satu alasan perpanjangan status siaga tersebut.
"Dan terakhir tentu saja sesuai arahan presiden agar kita turut mensukseskan Asian Games," ujarnya.
Hingga kini akhir Mei 2018, Satgas mencatat lebih dari 1.800 hektare lahan di Riau hangus terbakar sepanjang periode pertama status siaga berlangsung.
Baca juga: BMKG: titik panas di Sumatera berkurang
Baca juga: Satelit NOAA rekam kemunculan 382 hotspot di Sumatera
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: