Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengklaim rasio peredaran uang rupiah palsu hingga pekan ketiga Ramadhan, Mei 2018, telah menurun menjadi tiga lembar uang palsu pada satu juta lembar uang asli.

Rasio itu lebih sedikit dibandingkan pada Ramadhan 2017 yang sebanyak sembilan lembar uang palsu pada satu juta lembar uang rupiah asli.

"Kenapa terjadi penurunan? karena BI memperkuat koordinasi dengan penegak hukum untuk memberikan efek jera kepada pelaku uang palsu, kami ingin menindak tegas," kata Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi di Jakarta, Rabu.

Alhasil, kata Rosmaya, selama tiga pekan Ramadhan tahun ini, Bank Sentral belum mendapat laporan dari Kepolisian maupun masyarakat terkait beredarnya uang rupiah palsu.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaedi menambahkan jumlah peredaran uang palsu terus menurun drastis dalam tiga tahun terakhir, khususnya di daerah-daerah yang rawan dengan peredaran uang palsu seperti Pulau Jawa. Pada 2016 rasio uang palsu adalah 1:13, kemudian menurun di 2017 menjadi 1:9, dan kini 1:3.

"Hasil koordinasi dengan Kepolisian, setelah ada penegakan hukum yang kuat, rasionya terus menurun, akhir 2019 masih 1:9, sekarang sudah 1:3," ujar dia.

Selain penguatan koordinasi dengan aparat penegak hukum, tingkat pengetahuan masyarakat terkait uang palsu juga semakin meningkat. Salah satunya sosialisasi untuk menerka keaslian uang dengan cara dilihat, diraba dan diterawang.

Pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini, Bank Sentral menyiapkan kebutuhan uang tunai sebesar Rp188 triliun, atau naik 15,3 persen dibandingkan dengan kebutuhan pada periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp163,2 triliun.

BI mengimabu masyarakat untuk menukarkan uang baru guna kebutuhan perayaan Lebaran pada tempat atau loket resmi yang disiapkan BI dan juga perbankan, guna menghindari uang palsu dan juga beban biaya untuk penukaran.

Terdapat 2.076 titik penukaran uang kartal dari BI dan perbankan yang disebar di seluruh Indonesia. Lokasi penukaran itu bisa ditemukan di kantor kas BI, kantor perbankan, maupun tempat-tempat umum seperti Monumen Nasional di Jakarta.

Setelah itu, penukaran uang akan bergerak ke arah kas keliling yang bahkan ada di jalur-jalur mudik. Dengan demikian, titik-titik penukaran uang akan mengikuti mobilitas masyarakat.

Baca juga: BI: Waspada peredaran uang palsu menjelang Ramadhan