Mahfud merasa tak etis bicarakan peluang cawapres
5 Juni 2018 21:21 WIB
Dokumentasi Mantan presiden Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) (kiri) berbincang dengan anggota BPIP Mahfud MD pada acara Peringatan 73 Tahun Lahirnya Pancasila di Museum Filateli, Jakarta, Kamis (31/5/2018). Acara tersebut berisi pameran otentik pidato M. Yamin 5 Juni 1958 dan peluncuran buku 'Tjamkan Pantja Sila' bagian pertama serta peresmian prangko dan sampul peringatan 73 tahun Pancasila. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD merasa tidak etis membicarakan peluang dirinya menjadi calon wakil presiden pada Pemilihan Umum 2019.
"Jika saya berbicara peluang (menjadi cawapres) berarti saya tidak tahu diri," kata Mahfud saat ditanya mengenai peluangnya sebagai cawapres di Kompleks Kantor Kepatihan Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, membicarakan peluangnya sendiri sebagai cawapres merupakan tindakan tidak tahu diri karena penentuan cawapres tidak lain merupakan wewenang partai politik (parpol) pengusung bersama calon presiden yang bersangkutan. "Oleh sebab itu kalau saya berbicara itu berarti saya "nggege mongso" (mendahului kehendak Tuhan)," kata anggota dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.
Meski demikian, Mahfud mengakui hingga saat ini memang tidak mengetahui soal peluangnya untuk diusung sebagai cawapres pada Pemilu 2019. "Sampai saat ini tidak tahu, seperti halnya saya tidak tahu peluang Rizieq (sebagai capres)," kata Mahfud sembari tertawa.
Terlepas dari peluangnya sendiri sebagai cawapres, ia berharap demokrasi di Indonesia bisa terus berjalan dengan baik sehingga ke depan muncul calon-calon presiden dan wakil presiden terbaik. "Saya tidak punya partai berarti saya tidak bisa bilang saya mau, khan partai yang mengajukan dan juga presiden yang menentukan," kata Mahfud yang juga Ketua Param Para Praja atau Dewan Penasihat Gubenur DIY Sri Sultan HB X.
"Jika saya berbicara peluang (menjadi cawapres) berarti saya tidak tahu diri," kata Mahfud saat ditanya mengenai peluangnya sebagai cawapres di Kompleks Kantor Kepatihan Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, membicarakan peluangnya sendiri sebagai cawapres merupakan tindakan tidak tahu diri karena penentuan cawapres tidak lain merupakan wewenang partai politik (parpol) pengusung bersama calon presiden yang bersangkutan. "Oleh sebab itu kalau saya berbicara itu berarti saya "nggege mongso" (mendahului kehendak Tuhan)," kata anggota dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.
Meski demikian, Mahfud mengakui hingga saat ini memang tidak mengetahui soal peluangnya untuk diusung sebagai cawapres pada Pemilu 2019. "Sampai saat ini tidak tahu, seperti halnya saya tidak tahu peluang Rizieq (sebagai capres)," kata Mahfud sembari tertawa.
Terlepas dari peluangnya sendiri sebagai cawapres, ia berharap demokrasi di Indonesia bisa terus berjalan dengan baik sehingga ke depan muncul calon-calon presiden dan wakil presiden terbaik. "Saya tidak punya partai berarti saya tidak bisa bilang saya mau, khan partai yang mengajukan dan juga presiden yang menentukan," kata Mahfud yang juga Ketua Param Para Praja atau Dewan Penasihat Gubenur DIY Sri Sultan HB X.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: