Warga Indragiri Hulu temukan situs bersejarah
5 Juni 2018 16:06 WIB
Ilustrasi. Perawatan Situs Sejarah Aktivis yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) bersama Disbudpar Kota Banda Aceh membersihkan dan merawat nisan kuburan kuno di Desa Blang Cut, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, Minggu (8/2/15). Pembersihan dan perawatan kuburan kuno peninggalan abab ke 14 dan 15 Masehi yang ilakukan MAPESA itu untuk menjaga situs bersejarah. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Rengat (ANTARA News) - Warga Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau menemukan situs bersejarah yang diduga adalah peninggalan zaman penjajahan Jepang, di Desa Taling Jerinjing Kecamatan Rengat Barat, berupa empat pilar bangunan dan lubang seperti gua.
"Kami temukan setelah melakukan ekspedisi didalam hutan," kata Tim ekspedisi Hasibuan di Rengat, Selasa.
Eri Hasibuan mengatakan, awalnya menerima informasi dari masyarakat bahwa di dalam hutan yang tidak jauh dari pusat perkantoran Bupati Indragiri Hulu ada bangunan tower peninggalan Bangsa Jepang yang dipakai sebagai sarana komunikasi.
Kemudian dibentuk tim sebanyak lima orang untuk melakukan pencarian dan penelusuran pada Minggu (3/6). Saat disusuri kebun sawit milik warga dan tidak begitu jauh dari perkampungan penduduk, ditemukan lubang seperti sumur dan sebuah bangunan.
"Lubang itu menganga, setelah dipandang ke dalamnya seperti ada trowongan," ungkapnya.
Empat pilar yang ada dekat itu diduga sebagai tapak tower, dari kondisi bangunan yang sudah tua tidak terurus diyakini bahwa itu adalah peninggalan penjajah, karena tidak seperti bangunan Indonesia umumnya.
Tim ekspedisi yang terdiri dari Sawalis, Eri Hasibuan, Engli Jaya, Musdiansyah dan Harianto akan mempublikasikan hal tersebut dengan harapan dapat menjadi aset daerah yang bernilai sejarah dan juga bisa dijadikan awal objek penelitian.
"Lubang yang ada terowongan itu berada ditengah-tengah 4 pilar, menarik untuk diteliti lebih lanjut," ujarnya.
Menurut cerita yang diterima tim, tower tersebut dulunya memiliki tinggi ratusan meter, yang berfungsi untuk sarana komunikasi bagi tentara jepang terhadap daerah lainnya, termasuk hubungan ke negaranya, bahkan ada empat tower saling berhubungan.
Berkaitan dengan temuan tersebut, instansi terkait belum diminta keterangan.
Baca juga: Petani di Tulungagung tak sengaja temukan arca dewa
Baca juga: Legislator dorong pemda gali situs bersejarah
"Kami temukan setelah melakukan ekspedisi didalam hutan," kata Tim ekspedisi Hasibuan di Rengat, Selasa.
Eri Hasibuan mengatakan, awalnya menerima informasi dari masyarakat bahwa di dalam hutan yang tidak jauh dari pusat perkantoran Bupati Indragiri Hulu ada bangunan tower peninggalan Bangsa Jepang yang dipakai sebagai sarana komunikasi.
Kemudian dibentuk tim sebanyak lima orang untuk melakukan pencarian dan penelusuran pada Minggu (3/6). Saat disusuri kebun sawit milik warga dan tidak begitu jauh dari perkampungan penduduk, ditemukan lubang seperti sumur dan sebuah bangunan.
"Lubang itu menganga, setelah dipandang ke dalamnya seperti ada trowongan," ungkapnya.
Empat pilar yang ada dekat itu diduga sebagai tapak tower, dari kondisi bangunan yang sudah tua tidak terurus diyakini bahwa itu adalah peninggalan penjajah, karena tidak seperti bangunan Indonesia umumnya.
Tim ekspedisi yang terdiri dari Sawalis, Eri Hasibuan, Engli Jaya, Musdiansyah dan Harianto akan mempublikasikan hal tersebut dengan harapan dapat menjadi aset daerah yang bernilai sejarah dan juga bisa dijadikan awal objek penelitian.
"Lubang yang ada terowongan itu berada ditengah-tengah 4 pilar, menarik untuk diteliti lebih lanjut," ujarnya.
Menurut cerita yang diterima tim, tower tersebut dulunya memiliki tinggi ratusan meter, yang berfungsi untuk sarana komunikasi bagi tentara jepang terhadap daerah lainnya, termasuk hubungan ke negaranya, bahkan ada empat tower saling berhubungan.
Berkaitan dengan temuan tersebut, instansi terkait belum diminta keterangan.
Baca juga: Petani di Tulungagung tak sengaja temukan arca dewa
Baca juga: Legislator dorong pemda gali situs bersejarah
Pewarta: Asripilyadi
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: