Candra Wijaya: Timnas Asian Games harus main gila-gilaan
5 Juni 2018 11:02 WIB
Menteri PPN Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) serta Menpora Imam Nahrawi (tengah) bersama Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Tetsuo Miura (kedua kanan), Presiden Direktur PT Astra International Prijono Sugiarto (kiri) serta mantan pebulu tangkis nasional Candra Wijaya (kanan) dalam acara pengukuhan kerjasama CWIBC-Daihatsu di Tangerang Selatan, Banten, Senin (4/6) malam. (Antara/Ricky Prayoga)
Jakarta (ANTARA News) - Mantan pebulu tangkis nasional Candra Wijaya mengatakan tim nasional bulu tangkis Indonesia harus bermain gila-gilaan di Asian Games 2018 saat Indonesia menjadi tuan rumahnya.
"Kalau melihat Marcus/Kevin, pemain senior atau pelapisnya, harus lebih gila-gilaan saat main di Indonesia. Kita mendapat dukungan dari warga Indonesia, harusnya punya motivasi meraih emas. Ini juga tantangan bagi tunggal kita harus berani juara," kata Candra saat ditemui di GOR Candra Wijaya International Badminton Centre, Tangerang Selatan, Banten, Senin (4/6) malam.
Khusus untuk sektor tunggal, Candra Wijaya menilai pemain sektor tersebut saat ini masih membutuhkan penekanan terutama soal mental juara yang harus sudah ditekankan pada pemain junior dan pembinaan ke depannya.
Dia mencontohkan saat turnamen beregu Piala Thomas dan Uber 2018, Indonesia harus terhenti di semifinal (Thomas) dan perempat final (Uber). Tim Thomas Indonesia kalah oleh China 1-3, sedangkan tim Uber disingkirkan oleh Thailand 2-3.
"Bukan berlebihan atau mengkritik, tapi anak-anak sekarang memang perlu mental yang lebih kuat. Kemarin Thomas Cup mohon maaf, pemain muda bisa demikian gila dan antusias dalam mengalahkan pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, kenapa tunggal kita tidak seperti itu? Padahal jika terjadi mungkin hasilnya akan berbeda," katanya.
Kendati demikian, Candra sepakat bahwa hal demikian bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja namun banyak pihak termasuk klub bulu tangkisnya, Candra Wijaya International Badminton Centre (CWIBC) yang dirintis sejak 2009 dan sejak Senin (4/6) berganti menjadi Daihatsu-CWIBC setelah menyepakati kerjasama dengan perusahaan otomotif tersebut.
Menurut Candra yang merupakan salah satu pemain ganda putra legendaris asal Indonesia, salah satu caranya adalah dengan dukungan legenda tunggal agar melibatkan diri dalam pembinaan.
"Atau mereka sendiri yang melibatkan diri. Jadi memang ini sebenarnya tugas bersama termasuk kami bagaimana membangun militansi kepada diri atlet itu sendiri," kata Candra.
Bagi klubnya, Candra memiliki target pada tahun 2030 klub binaannya akan menelurkan setidaknya enam atlet tim nasional, mendapatkan 30 gelar internasional, 70 gelar nasional, 20 asisten pelatih, 20 pelatih dan 600 atlet yang terbagi di kategori Usia U-11, U-13, U-15, U-17 serta U-19.
Untuk mendukung ke arah kesuksesan di tahun 2030 tersebut, pihak klub akan membangun fasilitas sport massage & reflexiology serta klinik dental & sport medicine untuk menambah sembilan lapangan standar internasional, asrama atlet berkapasitas 46 orang dan fasilitas kebugaran yang telah ada.
Baca juga: Daihatsu-CWIBC targetkan enam atlet tembus Pelatnas 2030
Baca juga: CWIBC kerja sama dengan Daihatsu lahirkan juara dunia
"Kalau melihat Marcus/Kevin, pemain senior atau pelapisnya, harus lebih gila-gilaan saat main di Indonesia. Kita mendapat dukungan dari warga Indonesia, harusnya punya motivasi meraih emas. Ini juga tantangan bagi tunggal kita harus berani juara," kata Candra saat ditemui di GOR Candra Wijaya International Badminton Centre, Tangerang Selatan, Banten, Senin (4/6) malam.
Khusus untuk sektor tunggal, Candra Wijaya menilai pemain sektor tersebut saat ini masih membutuhkan penekanan terutama soal mental juara yang harus sudah ditekankan pada pemain junior dan pembinaan ke depannya.
Dia mencontohkan saat turnamen beregu Piala Thomas dan Uber 2018, Indonesia harus terhenti di semifinal (Thomas) dan perempat final (Uber). Tim Thomas Indonesia kalah oleh China 1-3, sedangkan tim Uber disingkirkan oleh Thailand 2-3.
"Bukan berlebihan atau mengkritik, tapi anak-anak sekarang memang perlu mental yang lebih kuat. Kemarin Thomas Cup mohon maaf, pemain muda bisa demikian gila dan antusias dalam mengalahkan pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, kenapa tunggal kita tidak seperti itu? Padahal jika terjadi mungkin hasilnya akan berbeda," katanya.
Kendati demikian, Candra sepakat bahwa hal demikian bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja namun banyak pihak termasuk klub bulu tangkisnya, Candra Wijaya International Badminton Centre (CWIBC) yang dirintis sejak 2009 dan sejak Senin (4/6) berganti menjadi Daihatsu-CWIBC setelah menyepakati kerjasama dengan perusahaan otomotif tersebut.
Menurut Candra yang merupakan salah satu pemain ganda putra legendaris asal Indonesia, salah satu caranya adalah dengan dukungan legenda tunggal agar melibatkan diri dalam pembinaan.
"Atau mereka sendiri yang melibatkan diri. Jadi memang ini sebenarnya tugas bersama termasuk kami bagaimana membangun militansi kepada diri atlet itu sendiri," kata Candra.
Bagi klubnya, Candra memiliki target pada tahun 2030 klub binaannya akan menelurkan setidaknya enam atlet tim nasional, mendapatkan 30 gelar internasional, 70 gelar nasional, 20 asisten pelatih, 20 pelatih dan 600 atlet yang terbagi di kategori Usia U-11, U-13, U-15, U-17 serta U-19.
Untuk mendukung ke arah kesuksesan di tahun 2030 tersebut, pihak klub akan membangun fasilitas sport massage & reflexiology serta klinik dental & sport medicine untuk menambah sembilan lapangan standar internasional, asrama atlet berkapasitas 46 orang dan fasilitas kebugaran yang telah ada.
Baca juga: Daihatsu-CWIBC targetkan enam atlet tembus Pelatnas 2030
Baca juga: CWIBC kerja sama dengan Daihatsu lahirkan juara dunia
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: