Aljir (ANTARA News) - Menteri Energi Aljazair Mustapha Guitouni mengatakan pada Senin (4/6) bahwa harga minyak akan stabil meskipun ada masalah-masalah geopolitik yang terjadi di beberapa negara produsen minyak.

Harga minyak akan berada di sekitar 75 dolar AS hingga 80 dolar AS per barel, ujar Guitouni seperti dikutip oleh Radio Nasional.

"Ada masalah-masalah geopolitik di beberapa negara penghasil minyak, tetapi untungnya mereka kemungkinan bisa mengatasinya," kata dia.

Pernyataan Guitouni dilontarkan sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran bahwa harga minyak bakal jatuh lagi di tengah laporan bahwa Rusia dan Arab Saudi akan memutuskan untuk menaikkan produksi minyak mereka.

Ia mengingatkan kembali bahwa ada kesepakatan antara OPEC dan negara-negara anggota non-OPEC pada September 2016 untuk mengurangi produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari dan tetap berlaku hingga akhir tahun berjalan.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada 8 Mei untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, sementara berjanji untuk kembali memberlakukan sanksi keras terhadap Iran yang kaya minyak.

Abdelmadjid Attar, mantan CEO raksasa energi Aljazair Sonatrach, mengatakan kepada Xinhua bulan lalu bahwa keputusan AS akan lebih menstabilkan harga minyak pada tingkat saat ini untuk tiga atau enam bulan mendatang.

Attar mengatakan keputusan itu akan memiliki dampak geopolitik dan geo-ekonomi daripada mempengaruhi harga minyak, "sederhana karena harga minyak tidak lagi ditentukan oleh dasar-dasar klasik, mengingat bahwa dunia terus mengkonsumsi minyak yang lebih sedikit."