Medan (ANTARA News) - Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan libur Idul Fitri atau Lebaran 2018 yang disiapkan pemerintah dengan cerdas agar membawa hasil yang lebih baik.

Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah di Medan, Senin, mengatakan, untuk memberikan kesempatan dalam merayakan Lebaran 2018, pemerintah telah menyiapkan waktu libur pada 11-19 Juni 2018.

Dengan rentang waktu libur yang relatif lama yakni selama sembilan hari tersebut, seharusnya cukup memberikan kesempatan bagi masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan itu.

Alumni Leiden University Belanda itu menilai, pemerintah sengaja memberikan waktu libur lebih cepat dari hari H agar masyarakat memiliki waktu lebih banyak untuk mudik.

Karena itu, masyarakat yang sudah mendapatkan masa libur di tempat kerja masing-masing atau tidak memiliki urusan yang sangat penting, sebaiknya segera mudik.

Jika menerapkan cara lama yakni mudik pada H-1 Lebaran, dikhawatirkan membuat masyarakat akan terjebak dalam kemacetan atau kepedatan lalu lintas.

Selain melelahkan dan dapat menghabiskan biaya lebih besar seperti konsumsi BBM, cara tersebut juga cukup membahayakan karena penuh dengan kerawanan lalu lintas yang mengancam keselamatan jiwa.

Jika memutuskan untuk lebih cepat mudik, masyarakat yang akan menikmati lebaran di kampung halamannya bisa lebih santai di jalan raya karena tidak perlu buru-buru dalam perjalanan.

"Mudiklah segera, jangan menunggu sehingga terjebak kemacetan. Lebih cepat jumpa dengan keluarga jaug lebih baik," katanya.

Jika dapat tiba dengan segera di kampung halaman, masyarakatyang merayakan Lebaran juga bisa kembali dengan cepat ke tempat tinggal masing-masing.

"Karena itu, cerdaslah memanfaatkan waktu libur yang ada supaya kita semakin khidmat menikmati Lebaran," ujar Ansari.