BPPTKG: proses magmatis diindikasikan pengaruhi letusan Merapi
1 Juni 2018 11:50 WIB
Gunung Merapi menyemburkan material vulkanis terlihat dari kawasan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018). Gunung Merapi kembali meletus pada pukul 08.20 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter. (ANTARA /Hendra Nurdiyansyah)
Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan adanya indikasi proses magmatis yang mempengaruhi terjadinya letusan Gunung Merapi pada Jumat pukul 08.20 WIB.
"Indikasi tersebut dapat dilihat dari munculnya gempa vulkano tektonik. Ada lima kali gempa yang terjadi sepanjang Kamis (31/5)," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso di Yogyakarta, Jumat.
Meskipun demikian, lanjut Agus, berdasarkan sumber gempa vulkano tektonik itu dapat diketahui bahwa posisi magma berada di kedalaman sekitar tiga kilometer sehingga esktrusi magma ke permukaan masih membutuhkan waktu.
"Dari sejumlah literatur, magma Gunung Merapi memiliki kecepatan 17 hingga 40 meter per hari. Tetapi, mungkin saja ada perubahan terkait kecepatan pergerakan magma ini. Tidak bisa dijadikan patokan utama menghitung waktu yang dibutuhkan untuk ekstrusi," katanya.
Letusan Gunung Merapi pada Jumat (1/6) terjadi dalam waktu dua menit dengan ketinggian kolom mencapai 6.000 meter dari puncak gunung.
Pada saat letusan, angin mengarah ke barat laut, namun kemudian berubah menjadi ke arah barat daya. Berdasarkan laporan dari pos pengamatan Gunung Merapi di Jrakah terjadi hujan abu sekitar pukul 08.58 WIB, begitu pula di pos pengamatan Selo terjadi hujan abu pukul 09.02 WIB.
Selain hujan abu, pos pengamatan di Jrakah dan Babadan juga melaporkan adanya asap putih dari area hutan di sektor barat laut dengan jarak sekitar 1,5 kilometer dari puncak.
Asap putih tersebut mengindikasikan adanya vegetasi yang terbakar. "Namun, untuk kepastiannya akan kami verifikasi lagi lebih lanjut mengenai penyebabnya. Tetapi, dari rentetan waktu dapat diketahui bahwa hal tersebut dimungkinkan terkait letusan Merapi," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, berdasarkan hasil data-data aktivitas vulkanik Gunung Merapi pascaletusan Jumat (1/6) dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi sehingga tingkat aktivitas masih pada level II atau waspada.
Masyarakat, lanjut dia, juga diimbau tidak melakukan aktivitas apapun pada radius tiga kilometer dari puncak serta penduduk di kawasan rawan bencana III untuk selalu meningkatkan kewaspadaan.
Baca juga: Lontaran material Merapi bakar hutan
Baca juga: Merapi meletus, warga Desa Tlogolele mengungsi
"Indikasi tersebut dapat dilihat dari munculnya gempa vulkano tektonik. Ada lima kali gempa yang terjadi sepanjang Kamis (31/5)," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso di Yogyakarta, Jumat.
Meskipun demikian, lanjut Agus, berdasarkan sumber gempa vulkano tektonik itu dapat diketahui bahwa posisi magma berada di kedalaman sekitar tiga kilometer sehingga esktrusi magma ke permukaan masih membutuhkan waktu.
"Dari sejumlah literatur, magma Gunung Merapi memiliki kecepatan 17 hingga 40 meter per hari. Tetapi, mungkin saja ada perubahan terkait kecepatan pergerakan magma ini. Tidak bisa dijadikan patokan utama menghitung waktu yang dibutuhkan untuk ekstrusi," katanya.
Letusan Gunung Merapi pada Jumat (1/6) terjadi dalam waktu dua menit dengan ketinggian kolom mencapai 6.000 meter dari puncak gunung.
Pada saat letusan, angin mengarah ke barat laut, namun kemudian berubah menjadi ke arah barat daya. Berdasarkan laporan dari pos pengamatan Gunung Merapi di Jrakah terjadi hujan abu sekitar pukul 08.58 WIB, begitu pula di pos pengamatan Selo terjadi hujan abu pukul 09.02 WIB.
Selain hujan abu, pos pengamatan di Jrakah dan Babadan juga melaporkan adanya asap putih dari area hutan di sektor barat laut dengan jarak sekitar 1,5 kilometer dari puncak.
Asap putih tersebut mengindikasikan adanya vegetasi yang terbakar. "Namun, untuk kepastiannya akan kami verifikasi lagi lebih lanjut mengenai penyebabnya. Tetapi, dari rentetan waktu dapat diketahui bahwa hal tersebut dimungkinkan terkait letusan Merapi," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, berdasarkan hasil data-data aktivitas vulkanik Gunung Merapi pascaletusan Jumat (1/6) dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi sehingga tingkat aktivitas masih pada level II atau waspada.
Masyarakat, lanjut dia, juga diimbau tidak melakukan aktivitas apapun pada radius tiga kilometer dari puncak serta penduduk di kawasan rawan bencana III untuk selalu meningkatkan kewaspadaan.
Baca juga: Lontaran material Merapi bakar hutan
Baca juga: Merapi meletus, warga Desa Tlogolele mengungsi
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: