Bank Indonesia proyeksikan ekonomi tumbuh 5,2-5,6 persen 2019
31 Mei 2018 19:57 WIB
Calon pembeli melihat daging sapi yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (26/5/2018). Menurut Bank Indonesia, THR dan gaji ke-13 bagi para PNS, TNI, polisi, dan pensiunan yang rencana dicairkan Juni dan Juli menjadi stimulus fiskal yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini bisa melampaui angka 5,1 persen. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 2019 berada pada kisaran 5,2 persen-5,6 persen, atau sedikit lebih rendah dari perkiraan pemerintah 5,4 persen-5,8 persen. "Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya investasi dan beberapa aspek ekspor yang membaik," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, saat mengikuti rapat dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, meski saat ini terdapat tekanan eksternal yang bisa menganggu kinerja perekonomian, masih terdapat peluang untuk mendorong kegiatan ekonomi pada 2019.
Namun, dalam situasi penuh gejolak seperti sekarang, ia memastikan fokus jangka pendek yang bisa dilakukan bersama dengan pemerintah adalah menjaga stabilitas perekonomian. "Dengan tekanan global, tidak ada pilihan lain selain kebijakan pro stabilitas," kata Perry.
Ia menyatakan, Bank Indonesia dalam jangka menengah telah menyiapkan empat langkah prioritas kebijakan untuk mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi. Instrumen itu antara lain relaksasi kebijakan makroprudensial, akselerasi pendalaman pasar keuangan, mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan meningkatkan pembiayaan infrastruktur dari swasta.
Dalam kesempatan ini, Wardijo juga menyampaikan proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di 2019 pada kisaran Rp13.800-Rp14.000 per dolar Amerika Serikat, atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah Rp13.700-Rp14.000 per dolar Amerika Serikat.
Meski demikian, proyeksi Bank Indonesia mengenai laju inflasi sama dengan perkiraan pemerintah pada 2019, yaitu 3,5 persen plus minus satu persen.
Ia mengatakan, meski saat ini terdapat tekanan eksternal yang bisa menganggu kinerja perekonomian, masih terdapat peluang untuk mendorong kegiatan ekonomi pada 2019.
Namun, dalam situasi penuh gejolak seperti sekarang, ia memastikan fokus jangka pendek yang bisa dilakukan bersama dengan pemerintah adalah menjaga stabilitas perekonomian. "Dengan tekanan global, tidak ada pilihan lain selain kebijakan pro stabilitas," kata Perry.
Ia menyatakan, Bank Indonesia dalam jangka menengah telah menyiapkan empat langkah prioritas kebijakan untuk mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi. Instrumen itu antara lain relaksasi kebijakan makroprudensial, akselerasi pendalaman pasar keuangan, mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan meningkatkan pembiayaan infrastruktur dari swasta.
Dalam kesempatan ini, Wardijo juga menyampaikan proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di 2019 pada kisaran Rp13.800-Rp14.000 per dolar Amerika Serikat, atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah Rp13.700-Rp14.000 per dolar Amerika Serikat.
Meski demikian, proyeksi Bank Indonesia mengenai laju inflasi sama dengan perkiraan pemerintah pada 2019, yaitu 3,5 persen plus minus satu persen.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: