42 desa di Sampang dilanda kekeringan
31 Mei 2018 19:52 WIB
Dokumentasi Petani melihat tanah tanaman padi yang retak diarea sawah tadah hujan Desa Alue Lim, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, Aceh, Minggu (11/2/2018). Puluhan hektar tanaman padi yang berumur 30-40 hari mengalami kekeringan akibat curah hujan berkurang, tidak tersedianya air irigasi dan sumber air lainnya sehingga dikhawatirkan ratusan haktar padi dikawasan itu terancam puso. (ANTARA FOTO/Rahmad)
Sampang (ANTARA News) - Sedikitnya 42 desa yang tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten Sampang, Jawa Timur mulai mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau kali ini.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sampang Anang Djunaidi di Sampang, Kamis, dari 10 kecamatan itu, kekeringan paling parah ialah di Kecamatan Kecamatan Sreseh.
"Warga disana saat ini sudah kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena sumber mata air di sumur-sumur warga sudah kering," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, jumlah sebanyak 42 desa yang mengalami kekeringan ini merupakan data awal dan diperkirakan masih akan bertambah.
"Jumlah desa terdampak saat ini sama dengan jumlah pada musim kemarau sebelumnya, dan merupakan data sementara. Tidak menutup kemungkinan bisa bertambah," katanya, menjelaskan.
Menurut Anang, di Kecamatan Sreseh, Sampang terdapat 12 desa dan sebanyak 10 desa diantaranya sudah mengalami kekeringan parah.
Untuk itu, Anang mengaku telah berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD Jatim, terkait bantuan pendistribusian air bersih ke Kecamatan Sreserh dan kecamatan lain yang sudah mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih.
"Sebenarnya, Pemkab Sampang tahun ini telah mengalokasikan anggaran untuk melakukan pengeboran di sejulah wilayah yang rawan kekeringan dan kekurangan air berish, tapi belum terlaksana," katanya, menjelaskan.
Selain kekeraingan dan kekurangan air bersih, persoalan lain yang sering terjadi di Kabupaten Sampang saat kemarau adalah kasus kebakaran.
Pada kemarau tahun lalu, sambung Anang, di Sampang tercatat sebanyak 10 kasus kebaran. "Makanya kami juga mengimbau kepada masyarakat agar pada musim kemarau lebih berhati-hati," ucap Anang.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sampang Anang Djunaidi di Sampang, Kamis, dari 10 kecamatan itu, kekeringan paling parah ialah di Kecamatan Kecamatan Sreseh.
"Warga disana saat ini sudah kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena sumber mata air di sumur-sumur warga sudah kering," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, jumlah sebanyak 42 desa yang mengalami kekeringan ini merupakan data awal dan diperkirakan masih akan bertambah.
"Jumlah desa terdampak saat ini sama dengan jumlah pada musim kemarau sebelumnya, dan merupakan data sementara. Tidak menutup kemungkinan bisa bertambah," katanya, menjelaskan.
Menurut Anang, di Kecamatan Sreseh, Sampang terdapat 12 desa dan sebanyak 10 desa diantaranya sudah mengalami kekeringan parah.
Untuk itu, Anang mengaku telah berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD Jatim, terkait bantuan pendistribusian air bersih ke Kecamatan Sreserh dan kecamatan lain yang sudah mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih.
"Sebenarnya, Pemkab Sampang tahun ini telah mengalokasikan anggaran untuk melakukan pengeboran di sejulah wilayah yang rawan kekeringan dan kekurangan air berish, tapi belum terlaksana," katanya, menjelaskan.
Selain kekeraingan dan kekurangan air bersih, persoalan lain yang sering terjadi di Kabupaten Sampang saat kemarau adalah kasus kebakaran.
Pada kemarau tahun lalu, sambung Anang, di Sampang tercatat sebanyak 10 kasus kebaran. "Makanya kami juga mengimbau kepada masyarakat agar pada musim kemarau lebih berhati-hati," ucap Anang.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: