Seoul (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Republik Korea, Han Duck-Soo, menyaksikan penandatanganan 12 kesepakatan antara Indonesia dan Korea Selatan yang dilakukan di Hotel Shilla, Seoul, Rabu, di sela-sela acara Forum Bisnis dan Energi Indonesia - Korea. Dari 12 kesepakatan, satu di antaranya merupakan kerjasama bilateral di bidang pembangunan infrastruktur yang ditandatangani Menko Perekonomian Boediono dan Menteri Perencanaan dan Anggaran Korea Selatan, Ho In Kang. Sementara tiga kesepakatan lainnya adalah kerjasama untuk kawasan ekonomi khusus antara Batam Industrial Development Authority (BIDA) dan Incheon Free Economic Zone, kerjasama pembangunan 'dry port' Cikarang antara Jababeka Infrastruktur dan Saman Co (Korea) dan Itochu Corporation (Jepang) serta kerjasama pembangunan kapal laut antara C & Grup Heavy Industri dan PT Dok dan Perkapalan Koja Bahari. Sedangkan delapan kesepakatan lainnya merupakan kerjasama di bidang energi dan sumber daya mineral dengan nilai sekitar 8,457 miliar dolar AS. Rincian kesepakatan itu antara lain kerjasama PT Pertamina dan SK Corporation untuk `revamping` kapasitas kilang dari 124.000 barel per hari menjadi 200.000 barel per hari di Dumai Sumatera Selatan dengan nilai Investasi 150 juta dolar AS, dengan bentuk kesepakatan LoA, dan hingga Mei 2007 45 persen sudah terlaksana. Kedua, kerjasama PT Pertamina dengan SK Energy untuk pemakaian merek dagang bersama guna memadukan kekuatan dalam memasarkan produksi pelumas dengan nilai tiga juta dolar AS dari masing-masing pihak untuk produksi tahun pertama dan skema promosi di Pakistan, serta tahap awal dilakukan kwartal ketiga 2007 dengan bentuk kesepakatan head of agreement. Ketiga, kerjasama PT Pertamina dengan KNOC dan SK Corporation dalam kerjasama operati pada E&P Projects yang berlokasi di Shiarak Area Sumatera dengan nilai investasi 25 juta dolar AS (perkiraan untuk kegiatan eksplorasi per area) dan bentuk kesepakatan LoI atau kelanjutan dari MoU yg telah ditandatangani serta akan menggunakan tenaga kerja 70 orang (perkiraan untuk kegiatan eksplorasi per area). Keempat, kerjasama PT Pertamina (Pertagas) dengan Korea Gas Corporation (Kogas) dalam kajian pembangunan stasiun pengumpul LNG dengan lokasi Pulau Jawa senilai 25 juta dolar AS serta bentuk kesepakatan LoI. Kelima, kerjasama PT Pertagas dengan E1, yaitu kerjasama pemasaran produk natural gas to liquid (NGL) dengan lokasi Sumatera Selatan, NGL plant project yang bernilai 154,7 juta dolar AS dan bentuk kesepakatan MoA serta rencana produksi propana 136 ton/hari, LPG Mix 839 ton/hari, kondensat 127 ton/hari. Tahap awal dilakukan pertengahan 2009. Keenam, kerjasama PT Petras Indonesia dengan The Korean Konsorsium yang diwakili Innet Company untuk pembangunan pelabuhan internasional di Tanjung Api-api, Sumsel, dengan investasi total 600 juta dolar AS atau 150 juta/tahun serta potensi tenaga kerja 5.000 orang. Ketujuh, kerjasama PT Nuansa Cipta Coal Investment dengan Kenertec Co, Posco Engineer & Construction Co. Ltd dan Samsung Securities untuk pembangunan operasi pabrik pencairan batu bara dengan nilai investasi 5,5 juta dolar AS di Kaltim. Kedelapan, kerjasama Pemda Kaltim, PT KAI, PT Nuansa Cipta Coal Investment dengan Kenertec Co, Posco Engineering & Construction Co. Ltd untuk pembangunan operasi dan perawatan rel kereta api pengangkut batubara dengan lokasi Kaltim dan nilai investasi dua miliar dolar AS. Kesembilan, kerjasama PT PLN dengan PT Rajawali Koresia Konsorsium, Hanwha Engineering & Construction Co, Korea Western Power Co.Ltd untuk pembangunan PLTU Batubara di Mulut Tambang Bangko Barat Sumatera Selatan dengan nilai investasi 535 juta dolar AS, dan suplai batubara dari PT Batubara Bukit Asam. Setelah selesai kontrak, operasi komersial pembangkit unit 1 akan dimulai pada Oktober 2010 dan setelah selesainya pembangunan unit 1 maka unit 2, 3, 4 akan dibangun setiap tiga bulan. Jumlah karyawan potensial selama masa konstruksi mencapai 500 tenaga kerja lokal per hari (total tenaga kerja selama proyek 600.000 orang). Presiden Yudhoyono berada di Seoul dalam rangka kunjungan kenegaraan selama tiga hari yang dimulai sejak Senin (23/7) lalu. Dalam kunjungannya, Presiden telah melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Korea, Roh Moo-hyun, untuk membicarakan peningkatan hubungan kerjasama antara kedua negara. (*)