Umat Hindu rayakan Hari Suci Galungan
30 Mei 2018 07:29 WIB
Arsip Foto. Umat Hindu berkeliling wilayah desa dalam Tradisi Ngerebeg saat Hari Raya Galungan di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali, Rabu (1/11/2017). Tradisi Ngerebeg tersebut dilakukan warga setempat untuk menolak bala sekaligus menetralisir dan menyucikan situasi pedesaan. (ANTARA/Fikri Yusuf)
Denpasar, Bali (ANTARA News) - Umat Hindu Dharma di Bali merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) pada Hari Suci Galungan, Rabu.
Jalan-jalan raya Kota Denpasar lengang karena seluruh perkantoran instansi pemerintah dan swasta di Pulau Dewata libur (fakultatif) selama tiga hari berturut-turut 29-31 Mei untuk perayaan keagamaan.
Pajangan penjor di depan pintu-pintu rumah warga Pulau Dewata menandai perayaan Galungan, yang berlangsung setiap 210 hari sekali, sementara orang-orang mengenakan busana adat didominasi warna putih dan para perempuan yang menjunjung sesaji menuju ke Pura atau tempat suci keluarga (merajan) untuk mengadakan persembahyangan.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan umat Hindu untuk menjadikan Hari Suci Galungan sebagai momentum untuk bersyukur dan meningkatkan kualitas diri.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan wakilnya I Wayan Artha Dipa mengajak seluruh umat Hindu memanfaatkannya untuk meningkatkan kesucian pikiran, perkataan, maupun perilaku serta "sradha bakti" ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
"Mari jadikan momentum Hari raya Suci Galungan dan Kuningan sebagai hari raya yang benar-benar mampu mengendalikan sifat-sifat keburukan (kebinatangan) dalam diri untuk menjadi sifat-sifat kebaikan (kedewaan), sehingga kemenangan Dharma yang sesungguhnya dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari," ujar Ayu Mas Sumatri.
Bupati Jembrana I Putu Artha mengimbau umat menerapkan makna Galungan dan Kuningan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera, rukun dan harmonis.
"Perayaan Galungan serta Kuningan menjadi sarana masyarakat untuk menjaga toleransi dan harmonisasi hubungan antarmanusia," ujarnya.
Jalan-jalan raya Kota Denpasar lengang karena seluruh perkantoran instansi pemerintah dan swasta di Pulau Dewata libur (fakultatif) selama tiga hari berturut-turut 29-31 Mei untuk perayaan keagamaan.
Pajangan penjor di depan pintu-pintu rumah warga Pulau Dewata menandai perayaan Galungan, yang berlangsung setiap 210 hari sekali, sementara orang-orang mengenakan busana adat didominasi warna putih dan para perempuan yang menjunjung sesaji menuju ke Pura atau tempat suci keluarga (merajan) untuk mengadakan persembahyangan.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan umat Hindu untuk menjadikan Hari Suci Galungan sebagai momentum untuk bersyukur dan meningkatkan kualitas diri.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan wakilnya I Wayan Artha Dipa mengajak seluruh umat Hindu memanfaatkannya untuk meningkatkan kesucian pikiran, perkataan, maupun perilaku serta "sradha bakti" ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
"Mari jadikan momentum Hari raya Suci Galungan dan Kuningan sebagai hari raya yang benar-benar mampu mengendalikan sifat-sifat keburukan (kebinatangan) dalam diri untuk menjadi sifat-sifat kebaikan (kedewaan), sehingga kemenangan Dharma yang sesungguhnya dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari," ujar Ayu Mas Sumatri.
Bupati Jembrana I Putu Artha mengimbau umat menerapkan makna Galungan dan Kuningan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera, rukun dan harmonis.
"Perayaan Galungan serta Kuningan menjadi sarana masyarakat untuk menjaga toleransi dan harmonisasi hubungan antarmanusia," ujarnya.
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: