Georgia ceraikan Suriah karena akui separatis pro Rusia
30 Mei 2018 02:24 WIB
Dokumentasi - Sekjen NATO Jens Stoltenberg (kanan) dan Perdana Menteri Georgia Georgy Kvirikashvili menghadiri sidang NATO-Georgia di Tbilisi, Georgia, Rabu (7/9/2016). (REUTERS/David Mdzinarishvili )
Tbilisi (ANTARA News) - Georgia mengaku sudah mengawali prosedur pemutusan hubungan diplomatik dengan Suriah setelah Damaskus mengakui wilayah separatisnya sebagai negara merdeka. Georgia menuduh Rusia ada di belakang pengakuan Suriah itu.
Abkhazia dan Ossetia Selatan memisahkan diri dari Georgia setelah perang pada awal 1990-an menyusul bubarnya Uni Soviet.
Georgia dan Russia berperang memperebutkan Ossetia Selatan dan Abkhazia pada Agustus 2008.
Setelah perang ini berakhir, Rusia mengakui kemerdekaan kedua wilayah Georgia itu. Langkah ini diikuti oleh Nikaragua, Venezuela dan Nauru.
Georgia, yang didukung Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyebut operasi Rusia itu terang-terangan sebagai pencaplokan wilayah.
"Dengan aksi ini rezim (Presiden Suriah Bashar) Assad telah menyatakan dukunganya kepada agresi militer Rusia terhadap Georgia, pendudukan tidak sah Abkhazia dan Tskinvali (Ossetia Selatan) serta pembersihan etnis yang terjadi selama bertahun-tahun," kata kementerian luar negeri Georgia seperti dikutip Reuters.
"Kementerian Luar Negeri Georgia menyeru komunitas internasional untuk sungguh-sungguh mengkaji keputusan ilegal rezim ini Assad adalah hasil manipulasi Federasi Rusia dan mengambil langkah-langkah yang relevan untuk menjawabnya."
Baca juga: Indonesia-Georgia berbagi pengalaman berantas korupsi
Abkhazia dan Ossetia Selatan memisahkan diri dari Georgia setelah perang pada awal 1990-an menyusul bubarnya Uni Soviet.
Georgia dan Russia berperang memperebutkan Ossetia Selatan dan Abkhazia pada Agustus 2008.
Setelah perang ini berakhir, Rusia mengakui kemerdekaan kedua wilayah Georgia itu. Langkah ini diikuti oleh Nikaragua, Venezuela dan Nauru.
Georgia, yang didukung Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyebut operasi Rusia itu terang-terangan sebagai pencaplokan wilayah.
"Dengan aksi ini rezim (Presiden Suriah Bashar) Assad telah menyatakan dukunganya kepada agresi militer Rusia terhadap Georgia, pendudukan tidak sah Abkhazia dan Tskinvali (Ossetia Selatan) serta pembersihan etnis yang terjadi selama bertahun-tahun," kata kementerian luar negeri Georgia seperti dikutip Reuters.
"Kementerian Luar Negeri Georgia menyeru komunitas internasional untuk sungguh-sungguh mengkaji keputusan ilegal rezim ini Assad adalah hasil manipulasi Federasi Rusia dan mengambil langkah-langkah yang relevan untuk menjawabnya."
Baca juga: Indonesia-Georgia berbagi pengalaman berantas korupsi
Pewarta: ANTARA
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: