Menag tegaskan pentingnya moderasi dalam beragama
29 Mei 2018 20:56 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tengah) didampingi Ketua Walubi S. Hartati Murdaya (tiga kiri) berfoto bersama saat pembukaan perayaan Tri Suci Waisak 2562BE di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (29/5/2018). Dalam sambutan tersebut Menag Lukman Hakim menyampaikan agar seluruh umat agama di Indonesia hidup damai dan berbahagia. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Magelang (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan pentingnya penanaman moderasi dalam beragama, dalam arti bahwa agama tidak boleh dibawa pada pemahaman dan bentuk pengamalan yang ekstrem.
"Agama kita jadikan sumber nilai, oleh karena itu kita wajib mengembalikan semua bentuk penanganan dan pengamalan keagamaan dalam sisi-sisinya yang moderat," katanya pada perayaan Waisak di pelataran Candi Borobudur di Magelang, Selasa.
Menurut dia, moderasi agama dapat menjadi jawaban atas topik Waisak tahun ini, yaitu "Marilah bersama-sama berjuang mengalahkan Sang ego".
Ia menuturkan melalui moderasi agama dapat ditumbuhkan kesadaran tertinggi sehingga ego dalam diri dapat terkikis.
Kesadaran tertinggi itu adalah menyadari keberadaan Tuhan, yaitu suatu kondisi di mana saat pemahaman ilmu dan pengetahuan semesta itu terbuka luas di dalam kebangkitan membuka lebar hati saat terbentang di dalam alam berpikir tentang kebenaran yang sejati lalu semua itu melebur di setiap panca indera yang selama ini selalu dibersihkan, kemudian terserap mendarah daging dan menyebar ke seluruh sel-sel tubuh sehingga menyebabkan semua perilaku, sikap, ucapan, dan hati menciptakan apa yang kemudian dinamakan akhlak mulia, budi pekerti yang terpuji.
Ia mengatakan Waisak mengingatkan tentang pentingnya memberi kebajikan dan melakukan perbuatan baik di mana semua praktik itu sangat dibutuhkan di dunia saat ini.
Buddhisme mengajarkan banyak pengetahuan dan keterampilan penting seperti hidup berkesadaran, kepedulian terhadap lingkungan dan kebutuhan untuk melindungi generasi yang akan datang.
Baca juga: Puncak perayaan Waisak diharapkan dongkrak wisata Borobodur
Ia menyampaikan setiap memperingati hari-hari besar agama hal yang sangat penting untuk dikembangkan adalah bagaimana setiap umat beragama dapat benar-benar mengerti akan makna dan tujuan hari besar itu, apalagi dalam kaitannya dengan pengembangan akhlak mulia.
Hal ini perlu dikemukakan untuk dihayati sebaik-baiknya mengingat ajaran-ajaran itu bertitik tolak dari kesadaran bagaimana manusia dapat menerapkan prinsip-prinsip kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Bertolak dari kesadaran tersebut marilah kita dekatkan peranan agama dalam kehidupan bangsa Indonesia, setiap agama mengajarkan nilai-nilai luhur kebaikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian," katanya.
Ia mengatakan dengan dasar itu maka upaya untuk membangun karakter bangsa yang beragama merupakan bentuk nyata yang positif dalam menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis.
Baca juga: Toleransi beragama dalam perayaan Waisak dirangkai buka puasa
"Agama kita jadikan sumber nilai, oleh karena itu kita wajib mengembalikan semua bentuk penanganan dan pengamalan keagamaan dalam sisi-sisinya yang moderat," katanya pada perayaan Waisak di pelataran Candi Borobudur di Magelang, Selasa.
Menurut dia, moderasi agama dapat menjadi jawaban atas topik Waisak tahun ini, yaitu "Marilah bersama-sama berjuang mengalahkan Sang ego".
Ia menuturkan melalui moderasi agama dapat ditumbuhkan kesadaran tertinggi sehingga ego dalam diri dapat terkikis.
Kesadaran tertinggi itu adalah menyadari keberadaan Tuhan, yaitu suatu kondisi di mana saat pemahaman ilmu dan pengetahuan semesta itu terbuka luas di dalam kebangkitan membuka lebar hati saat terbentang di dalam alam berpikir tentang kebenaran yang sejati lalu semua itu melebur di setiap panca indera yang selama ini selalu dibersihkan, kemudian terserap mendarah daging dan menyebar ke seluruh sel-sel tubuh sehingga menyebabkan semua perilaku, sikap, ucapan, dan hati menciptakan apa yang kemudian dinamakan akhlak mulia, budi pekerti yang terpuji.
Ia mengatakan Waisak mengingatkan tentang pentingnya memberi kebajikan dan melakukan perbuatan baik di mana semua praktik itu sangat dibutuhkan di dunia saat ini.
Buddhisme mengajarkan banyak pengetahuan dan keterampilan penting seperti hidup berkesadaran, kepedulian terhadap lingkungan dan kebutuhan untuk melindungi generasi yang akan datang.
Baca juga: Puncak perayaan Waisak diharapkan dongkrak wisata Borobodur
Ia menyampaikan setiap memperingati hari-hari besar agama hal yang sangat penting untuk dikembangkan adalah bagaimana setiap umat beragama dapat benar-benar mengerti akan makna dan tujuan hari besar itu, apalagi dalam kaitannya dengan pengembangan akhlak mulia.
Hal ini perlu dikemukakan untuk dihayati sebaik-baiknya mengingat ajaran-ajaran itu bertitik tolak dari kesadaran bagaimana manusia dapat menerapkan prinsip-prinsip kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Bertolak dari kesadaran tersebut marilah kita dekatkan peranan agama dalam kehidupan bangsa Indonesia, setiap agama mengajarkan nilai-nilai luhur kebaikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian," katanya.
Ia mengatakan dengan dasar itu maka upaya untuk membangun karakter bangsa yang beragama merupakan bentuk nyata yang positif dalam menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis.
Baca juga: Toleransi beragama dalam perayaan Waisak dirangkai buka puasa
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: