Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk India Sidharto R. Suryodipuro berharap para pelaku usaha Indonesia lebih proaktif berhubungan dengan mitranya di India, mengingat masih banyak potensi kerja sama bilateral yang bisa dikembangkan.

"Di bidang perdagangan dan investasi sebenarnya masih banyak potensi. Hubungan bilateral akan semakin penting untuk kedua belah pihak," kata Dubes Arto dalam wawancara khusus dengan Antara di Jakarta, Senin.

Baru-baru ini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Kedutaan Besar Republik India di Jakarta membentuk Komite Bilateral India untuk mendorong peningkatan kerja sama ekonomi antarpelaku usaha kedua negara.

Komite Bilateral India akan menjadi katalis dalam meningkatkan hubungan ekonomi dan mencapai target investasi dan perdagangan para pelaku usaha kedua negara, khususnya dalam enam sektor, yaitu pertambangan, infrastruktur, manufaktur, farmasi, digital dan sektor jasa.

Keenam sektor itu merupakan fokus dari kesepakatan yang dihasilkan para pengusaha pada CEO Forum Indonesia-India 2016 yang dilaksanakan di sela-sela kunjungan Presiden Joko Widodo ke India pada Desember 2016.

Menyusul pembentukan komite itu, Dubes Arto meminta para pengusaha dan anggota Komite Bilateral India untuk berkunjung dan mendalami pemahaman mereka tentang India.

"Jadi bukan hanya datang atau mengadakan pertemuan pada saat kunjungan tingkat tinggi, tetapi datang secara independen karena India adalah negara besar, penting, dan akan menjadi semakin penting bagi Indonesia," kata dia.

Partisipasi aktif pelaku usaha Indonesia dalam memperluas eksplorasi bisnis di India, termasuk dalam riset, teknologi, serta pengembangan produk perlu dilakukan untuk mewujudkan diversifikasi produk ekspor yang pernah diinstruksikan Presiden Jokowi pada 2016.

Saat ini, menurut Arto, perdagangan Indonesia ke India masih didominasi minyak sawit dan batu bara. Karena itu, Indonesia perlu mencari produk-produk lain yang dibutuhkan India dan bisa diproduksi oleh Indonesia.

"Investasi kita di India pun tidak seberapa besar. Jadi kita juga harus melihat India sebagai tempat investasi," katanya.

Di sisi lain, Arto mengapresiasi langkah India yang mulai merambah ke investasi bidang perkebunan dan produksi gula, setelah sebelumnya hanya berfokus pada investasi bidang pertambangan dan industri logam.

"Ini jenis investasi yang lebih kita inginkan. Kita juga mendorong investari di sektor manufaktur, seperti produksi sepeda motor yang sudah dimulai 10 tahun yang lalu. Kita mengapresiasi kerja dan kreativitas mereka," ujar dia.

Baca juga: India minati dua proyek infrastruktur Jatim

Baca juga: Indonesia-India perkuat kerja sama maritim hingga ekonomi

Baca juga: PM India tiba di Indonesia Selasa malam

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia-India mengalami kenaikan sekira 28,7 persen dibanding tahun sebelumnya dengan total nilai ekspor 14,08 miliar Dolar AS dan nilai impor sebesar 4,05 miliar Dolar AS.

Neraca perdagangan Indonesia dan India pada periode Januari- Maret 2018 mengalami penurunan sekitar 3,06 persen, yakni 4,46 miliar Dolar AS pada 2017 menjadi 4,33 miliar dolar AS pada 2018.