Ponorogo (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan para santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengenai pentingnya nilai tambah dalam meningkatkan kehidupan.

"Misalnya, ada anak Thailand jadi santri di sini. Sebelumnya tidak bisa bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Setelah belajar di sini, dia selain belajar agama juga bisa bahasa Indonesia dan Inggris. Dalam ilmu ekonomi itu namanya nilai tambah," katanya, saat memberikan kuliah umum di depan pengasuh dan santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jumat malam (25/5).

Setiap hidup manusia, menurut dia, harus berbuat kebaikan, karena kalau tidak berbuat kebaikan, maka manusia akan merugi.

"Jadi, yang dimaksud nilai tambah itu bukan berarti membangun sesuatu, menciptakan sesuatu dan dijual. Tapi, nilai tambah itu menciptakan sesuatu karakter diri untuk menjadi manusia yang lebih baik," ujarnya.

Baca juga: Rancangan pembangunan untuk stabilitas jangka panjang

Kalau dalam konteks mengurus negara, dikemukakannya, maka berarti negara harus mampu menciptakan sesuatu agar seluruh rakyatnya memiliki kesempatan yang sama untuk maju menjadi manusia lebih baik.

"Sehingga, rakyat Indonesia yang lebih dari 257 juta jiwa ini, mereka memiliki kesempatan sama untuk maju menjadi manusia yang lebih baik, produktif, inovatif, menjadi manusia bertakwa, cinta tanah air, cinta sesama, dan tidak hanya mengurus dirinya sendiri," ujarnya.

Untuk mencapai hal tersebut, dinyatakannya, maka para santri Gontor harus berusaha.

Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia, seperti negara-negara lain di dunia ingin menciptakan pemerataan dan kesejahteraan yang berkeadilan.

"Di dalam ikhtiar, seluruh negara di dunia memiliki pengalaman. Ada yang sukses, setengah sukses dan ada pula yang gagal. Ada yang gagal kemudian mencoba lagi dan sukses. Ada pula yang gagal, mencoba lagi dan gagal lagi," demikian Sri Mulyani Indrawati.

Baca juga: Menkeu: pengembangan industri asuransi perlu modal kuat

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani paparkan perkembangan ekonomi 20 tahun Reformasi