Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menunggu gebrakan Gubernur baru Bank Indonesia, Perry Warjiyo, terutama dalam upaya stabilisasi ekonomi nasional.

"Kita berharap gubernur yang baru bisa lebih memberikan kontribusi pada stabilitas ekonomi nasional dan sistem keuangan. Kita tunggu gebrakan yang akan dilakukan," ujar Mulyani usai menghadiri pelantikan Warjiyo, di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis.

Menurut Mulyani, saat ini memang perlu ada kebijakan moneter yang tepat untuk merespon gejolak nilai tukar Rupiah yang terus mengalami pelemahan, sehingga dapat memberikan sentimen positif. Warjiyo diyakini mampu melakukan hal itu.

"Tentunya ini dengan normalisasi kebijakan suku bunga di Amerika Serikat, ini yang harus kami minimalkan dampak negatifnya pada volatilitas di sektor keuangan dan ekonomi di Indonesia. Sistem keuangan harus terjaga. Kita harap gebrakannya berdampak positif," katanya.

Menurut dia, Warjiyo adalah sosok yang kredibel dan bisa memberikan kepemimpinan yang menenangkan pelaku pasar. "Saya siap bekerjasama secara penuh. Bank Indonesia dan pemerintah akan terus melakukan kebijakan merespon kondisi yang ada dan cepat termasuk melakukan tindakan penyesuaian," ujar Menkeu.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah dan Bank Indonesia memang harus fokus pada stabilitas sehingga tidak menimbulkan situasi ekonomi yang dianggap tidak berkelanjutan.

"Jadi, fokus bersama pemerintah dengan BI yaitu menciptakan suatu stabilitas dalam me jaga keberlangsungan dari seluruh upaya-upaya pembangunan," kata Mulyani.

Warjiyo resmi menjadi gubernur Bank Indonesia periode 2018-2023 menggantikan Agus Martowardojo, setelah mengucap sumpah jabatan di Mahkamah Agung, Kamis.

Alumnus Universitas Gadjah Mada ini sebelumnya adalah deputi gubernur Bank Indonesia periode 2013-2018. Saat menjadi wakil Martowardojo di Bank Sentral, dia banyak membenahi aspek kebijakan moneter, ekonomi internasional, dan ekonomi syariah.

Tugas Warjiyo cukup berat saat ini. Dia datang sebagai pucuk pimpinan tertinggi Bank Indonesia saat arus tekanan terhadap nilai tukar rupiah sedang kencang-kencangnya. Rupiah sudah melemah 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 (year to date) dan kini berada di kisaran Rp14.100 per dolar AS, yang merupakan level terlemah rupiah sejak 2015.

Pada sisi lain, Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Darmin Nasution, tidak sepakat bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah pada titik "lampu kuning".