Darmin Nasution: Indonesia belum 'lampu kuning' krisis ekonomi
24 Mei 2018 11:50 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kanan) memberikan ucapan selamat kepada Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) usai pengucapan sumpah jabatan pelantikan di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5/2018). Perry Warjiyo resmi menjabat Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2023 menggantikan Agus Martowardojo yang telah selesai masa tugasnya. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakart' (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini belum 'lampu kuning' alias harus berhati-hati terhadap datangnya krisis.
"Kalau ngomong lampu kuning agak berlebihan. Jangan karena kurs bergerak, kemudian disebut sudah mau krisis," ujar Nasution, usai menghadiri pelantikan gubernur Bank Indonesia, di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis.
Perry Warjiyo menggantikan Agus Martowardojo yang memasuki masa pensiun.
Menurut Nasution krisis ekonomi itu terjadi apabila sektor riil domestiknya goyang dan berdampak terhadap sektor moneter. Namun, ia sependapat apabila kondisi ekonomi saat ini harus terus dipantau dan menjadi perhatian serius pemerintah.
"Belumlah. Tapi memang situasinya harus diperhatikan, tetap dimonitor. Kalau itu saya sepakat," kata dia.
Sejak awal tahun hingga kini rupiah terus melemah terhadap mata uang asing. Terhadap dolar Amerika Serikat, rupiah hingga hampir menyentuh Rp14.200 per dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bank Indonesia, rupiah sudah melemah 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 (year to date) dan kini berada di kisaran Rp14.100 per dolar Amerika Serikat, yang merupakan titik terlemah rupiah sejak 2015.
Bank Indonesia akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur, 16-17 Mei 2018 lalu.
Langkah kenaikan yang pertama kali dalam beberapa periode itu dimaksudkan untuk meredam dampak ketidakpastian ekonomi global yang telah menggerus nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Sejumlah ahli ekonomi yakin bank sentral akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin lagi.
"Kalau ngomong lampu kuning agak berlebihan. Jangan karena kurs bergerak, kemudian disebut sudah mau krisis," ujar Nasution, usai menghadiri pelantikan gubernur Bank Indonesia, di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis.
Perry Warjiyo menggantikan Agus Martowardojo yang memasuki masa pensiun.
Menurut Nasution krisis ekonomi itu terjadi apabila sektor riil domestiknya goyang dan berdampak terhadap sektor moneter. Namun, ia sependapat apabila kondisi ekonomi saat ini harus terus dipantau dan menjadi perhatian serius pemerintah.
"Belumlah. Tapi memang situasinya harus diperhatikan, tetap dimonitor. Kalau itu saya sepakat," kata dia.
Sejak awal tahun hingga kini rupiah terus melemah terhadap mata uang asing. Terhadap dolar Amerika Serikat, rupiah hingga hampir menyentuh Rp14.200 per dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bank Indonesia, rupiah sudah melemah 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 (year to date) dan kini berada di kisaran Rp14.100 per dolar Amerika Serikat, yang merupakan titik terlemah rupiah sejak 2015.
Bank Indonesia akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur, 16-17 Mei 2018 lalu.
Langkah kenaikan yang pertama kali dalam beberapa periode itu dimaksudkan untuk meredam dampak ketidakpastian ekonomi global yang telah menggerus nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Sejumlah ahli ekonomi yakin bank sentral akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin lagi.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: