Humanity Food Van, layanan buka puasa ACT di Merapi
23 Mei 2018 11:23 WIB
Sejumlah warga mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (21/5/2018). (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Sleman (ANTARA News) - Dalam suasana gelap total, Selasa (22/5) pukul 01.47 WIB, suara dentuman dan kilatan jelas terlihat di puncak kawah Merapi. Dentuman Merapi yang terjadi kurang lebih tiga menit akhirnya memaksa warga untuk bergerak mengungsi.
Hingga Selasa dini hari, BPBD mencatat jumlah pengungsian di sembilan titik aman mencapai 1.522 warga.
Jelang subuh sampai matahari terbit, Selasa (22/5) pagi, hujan abu dikabarkan mulai turun tipis di sekitaran lereng Merapi.
Agus Budi, Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Yogyakarta mengatakan, tim Emergency Response ACT telah bergerak ke lereng Merapi.
“Setelah subuh, Selasa pagi tadi Tim ACT telah bergerak menuju ke lereng Merapi untuk mendistribusikan masker bagi pengungsi di barak-barak. Hari ini, Humanity Food Van ACT juga akan merapat ke lereng Merapi, membawa ratusan paket makanan siap santap untuk berbuka puasa,” kata Agus Budi dalam keterangan pers.
Humanity food Van ini merupakan dapur umum berjalan yang dimiliki ACT Yogyakarta guna melayani korban bencana alam dan kebutuhan pangan bagi masyarakat kurang mampu.
Seperti diketahui sudah dua hari terakhir, jelang sahur, suara dentuman dari puncak Merapi membuat takut ratusan warga di desa-desa sekitar lereng Gunung Merapi. Sejak Senin (21/5) dini hari hingga Selasa (22/5) dini hari, terhitung sudah empat kali erupsi meletup mengeluarkan abu vulkanik dari puncak Merapi.
Meski termasuk dalam erupsi freatik, erupsi terakhir Selasa (22/5) sampai membubungkan abu hingga 3.500 meter dari mulut kawah.
Imbas rentetan erupsi berturut-turut di malam Ramadan ke-5 dan ke-6 ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Merapi dari NORMAL menjadi WASPADA.
Kenaikan status ini berarti masyarakat tak boleh beraktivitas sama sekali di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi, termasuk aktivitas pendakian dan pertanian.
Mengutip data dari BPBD DIY, Selasa malam tadi, menjelang sahur sekitar pukul 01.47 WIB, letusan terakhir Merapi terjadi selama tiga menit. Tinggi kolom abu mencapai 3,5 kilometer di atas puncak Merapi. Abu vulkanik kemudian terbawa angin hingga ke arah barat.
Imbas erupsi cukup besar ini, terjadi dentuman dan kilatan terang. Jelang sahur suara dentuman cukup keras ini lantas memicu kepanikan warga. Hingga akhirnya Selasa dini hari tadi, ratusan warga melakukan pergerakan secara mandiri ke beberapa titik aman.
Hingga Selasa dini hari, BPBD mencatat jumlah pengungsian di sembilan titik aman mencapai 1.522 warga.
Jelang subuh sampai matahari terbit, Selasa (22/5) pagi, hujan abu dikabarkan mulai turun tipis di sekitaran lereng Merapi.
Agus Budi, Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Yogyakarta mengatakan, tim Emergency Response ACT telah bergerak ke lereng Merapi.
“Setelah subuh, Selasa pagi tadi Tim ACT telah bergerak menuju ke lereng Merapi untuk mendistribusikan masker bagi pengungsi di barak-barak. Hari ini, Humanity Food Van ACT juga akan merapat ke lereng Merapi, membawa ratusan paket makanan siap santap untuk berbuka puasa,” kata Agus Budi dalam keterangan pers.
Humanity food Van ini merupakan dapur umum berjalan yang dimiliki ACT Yogyakarta guna melayani korban bencana alam dan kebutuhan pangan bagi masyarakat kurang mampu.
Seperti diketahui sudah dua hari terakhir, jelang sahur, suara dentuman dari puncak Merapi membuat takut ratusan warga di desa-desa sekitar lereng Gunung Merapi. Sejak Senin (21/5) dini hari hingga Selasa (22/5) dini hari, terhitung sudah empat kali erupsi meletup mengeluarkan abu vulkanik dari puncak Merapi.
Meski termasuk dalam erupsi freatik, erupsi terakhir Selasa (22/5) sampai membubungkan abu hingga 3.500 meter dari mulut kawah.
Imbas rentetan erupsi berturut-turut di malam Ramadan ke-5 dan ke-6 ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Merapi dari NORMAL menjadi WASPADA.
Kenaikan status ini berarti masyarakat tak boleh beraktivitas sama sekali di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi, termasuk aktivitas pendakian dan pertanian.
Mengutip data dari BPBD DIY, Selasa malam tadi, menjelang sahur sekitar pukul 01.47 WIB, letusan terakhir Merapi terjadi selama tiga menit. Tinggi kolom abu mencapai 3,5 kilometer di atas puncak Merapi. Abu vulkanik kemudian terbawa angin hingga ke arah barat.
Imbas erupsi cukup besar ini, terjadi dentuman dan kilatan terang. Jelang sahur suara dentuman cukup keras ini lantas memicu kepanikan warga. Hingga akhirnya Selasa dini hari tadi, ratusan warga melakukan pergerakan secara mandiri ke beberapa titik aman.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: