ITB: Industri 4.0 perlu ekosistem yang sehat
22 Mei 2018 21:41 WIB
Arsip: Workshop Industry 4.0 Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Presiden Direktur PT Astra Otoparts Tbk Hamdani D (tengah) dan Kepala BPPI Haris Munandar (kiri) saat membuka "Workshop of Industry 4.0 Implementation in Indonesia" di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (18/4/2017). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Implementasi industri generasi ke empat atau Revolusi Industri 4.0 yang belakangan dibahas secara global dinilai harus diikuti dengan pembentukan ekosistem yang sehat dan berkesinambungan agar efektif dapat menggerakkan seluruh sektor ekonomi.
Dosen Senior ITB Richard Mengko di Jakarta, Selasa mengatakan, untuk mencapai keberhasilan berbisnis di era digital, Richard menjelaskan butuh ekosistem dan komunikasi yang terbentuk secara baik oleh pelaku bisnis, sehingga tercapai ekosistem yang kuat dan saling menguntungkan.
Richard yang juga salah satu tokoh teknologi di Indonesia ini menjelaskan, sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mampu dalam menggunakan teknologi, akan tetapi belum memanfaatkannya dalam urusan produktivitas yang dapat mengembangkan ekonomi di Indonesia.
Padahal tambah Richard, revolusi Industri 4.0 ini akan lebih menguntungkan pelaku bisnis lebih karena dapat mengurangi biaya operasional.
"Untuk itu perlu memperhatikan karakteristik dan bentuk-bentuk perkembangan teknologi saat ini agar dapat memanfaatkannya secara maksimal dan menyiapkan langkah-langkah antisipati yang tepat," ucapnya.
Sementara itu, Peneliti RISE Reseacrh, Caroline Mangowal menilai Indonesia menjadi salah satu target bagi para pemain industri dunia yang berebut berebut masuk pasar Indonesia. Karena itu, harus ada regulator yang dapat memproteksi serta menjaga keseimbangan di berbagai parameter.
"Inklusi finansial yang masih relatif rendah di Indonesia menggambarkan besarnya potensi yang belum tergali. Sementara layanan yang terbatas dan pemanfaatan layanan yang ada belum maksimal," ujar Caroline.
Untuk itu, masyarakat industri sepakat membentuk forum?Indonesia Digital Business Ecosystem (INDIBEST Forum), yang terdiri atas lembaga pemerintahan seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pemain industri seperti Telkomsel, BNI, Alfamart, Qualcomm, IMX dan WIN/PASSBAYS.
?Semua pihak sepakat, bahwa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 harus terlebih dahulu memahami pasar dan memetakan karakteristik dari "the underserved market".
Dari sisi pemerintah, Bank Indonesia punya kewajiban menjaga arah kebijakannya untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan pemain asing dan lokal dengan menyesuaikan aturan?untuk?menghadapi inovasi teknologi dan karakter pasar yang berubah cepat.
Sementara dari sisi OJK, diperlukan program pengawasan yang seksama, serta harus bisa fleksibel dalam mendorong inovasi untuk menjaga target keseimbangan dan arah pertumbuhan.
BEKRAF pun bisa ikut mendukung Revolusi Industri 4.0 dan pemberdayaannya dengan cara memfasilitasi inovasi lokal dengan edukasi dan asistensi untuk menjaga karya-karya cipta lokal melalui proteksi "Intellectual Property Rights".
Sedangkan dari sisi pelaku industri keuangan, harus mendorong kreativitas teknologi untuk?konten yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang cepat berubah.
Adapun sisi infrastruktur telekomunikasi, khususnya jaringan data, membangun jaringan saja tidak cukup jika tidak ditunjang oleh ekosistem digital, selanjutnya, industri retail harus punya program kreatif untuk mengakomodasi kebutuhan pasar yang karakternya terus berubah.
Dosen Senior ITB Richard Mengko di Jakarta, Selasa mengatakan, untuk mencapai keberhasilan berbisnis di era digital, Richard menjelaskan butuh ekosistem dan komunikasi yang terbentuk secara baik oleh pelaku bisnis, sehingga tercapai ekosistem yang kuat dan saling menguntungkan.
Richard yang juga salah satu tokoh teknologi di Indonesia ini menjelaskan, sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mampu dalam menggunakan teknologi, akan tetapi belum memanfaatkannya dalam urusan produktivitas yang dapat mengembangkan ekonomi di Indonesia.
Padahal tambah Richard, revolusi Industri 4.0 ini akan lebih menguntungkan pelaku bisnis lebih karena dapat mengurangi biaya operasional.
"Untuk itu perlu memperhatikan karakteristik dan bentuk-bentuk perkembangan teknologi saat ini agar dapat memanfaatkannya secara maksimal dan menyiapkan langkah-langkah antisipati yang tepat," ucapnya.
Sementara itu, Peneliti RISE Reseacrh, Caroline Mangowal menilai Indonesia menjadi salah satu target bagi para pemain industri dunia yang berebut berebut masuk pasar Indonesia. Karena itu, harus ada regulator yang dapat memproteksi serta menjaga keseimbangan di berbagai parameter.
"Inklusi finansial yang masih relatif rendah di Indonesia menggambarkan besarnya potensi yang belum tergali. Sementara layanan yang terbatas dan pemanfaatan layanan yang ada belum maksimal," ujar Caroline.
Untuk itu, masyarakat industri sepakat membentuk forum?Indonesia Digital Business Ecosystem (INDIBEST Forum), yang terdiri atas lembaga pemerintahan seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pemain industri seperti Telkomsel, BNI, Alfamart, Qualcomm, IMX dan WIN/PASSBAYS.
?Semua pihak sepakat, bahwa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 harus terlebih dahulu memahami pasar dan memetakan karakteristik dari "the underserved market".
Dari sisi pemerintah, Bank Indonesia punya kewajiban menjaga arah kebijakannya untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan pemain asing dan lokal dengan menyesuaikan aturan?untuk?menghadapi inovasi teknologi dan karakter pasar yang berubah cepat.
Sementara dari sisi OJK, diperlukan program pengawasan yang seksama, serta harus bisa fleksibel dalam mendorong inovasi untuk menjaga target keseimbangan dan arah pertumbuhan.
BEKRAF pun bisa ikut mendukung Revolusi Industri 4.0 dan pemberdayaannya dengan cara memfasilitasi inovasi lokal dengan edukasi dan asistensi untuk menjaga karya-karya cipta lokal melalui proteksi "Intellectual Property Rights".
Sedangkan dari sisi pelaku industri keuangan, harus mendorong kreativitas teknologi untuk?konten yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang cepat berubah.
Adapun sisi infrastruktur telekomunikasi, khususnya jaringan data, membangun jaringan saja tidak cukup jika tidak ditunjang oleh ekosistem digital, selanjutnya, industri retail harus punya program kreatif untuk mengakomodasi kebutuhan pasar yang karakternya terus berubah.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: