Piala Thomas Uber
Gregoria ingin pertajam penampilan demi Asian Games
Oleh Teguh Handoko
22 Mei 2018 12:22 WIB
Pebulutangkis tunggal putri Indonesia., Gregoria Tunjung, mengembalikan bola ke arah lawannya pebulu tangkis tunggal putri Malaysia, Goh Ji Wei, pada babak penyisihan grup Piala Uber 2018 di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Minggu (21/5/2018). Tim Uber Indonesia memenangi pertandingan melawan tim Uber Malaysia dengan skor akhir 3-2. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Bangkok (ANTARA News) - Perhelatan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang 18 Agustus-2 September nanti menjadi salah salah target bagi pebulutangkis putri Indonesia, Gregoria Tunjung, yang saat ini memperkuat tim Indonesia pada Piala Uber 2018.
Oleh sebab itulah pemain kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus 1999, itu ingin terus mempertajam penampilannya hingga penyelenggaraan Asian Games yang tinggal kurang dari tiga bulan lagi itu.
"Kalau mendapat kesempatan masuk tim Asian Games tentunya senang, karena persaingan bulu tangkis di tingkat Asia pada Asian Games nanti cukup menantang," kata Gregoria.
Menuju Asian Games XVIII, Gregoria akan fokus dalam latihan dan juga pada turnamen-turnamen menjelang pesta olahraga antarbangsa Asia itu.
"Yang pasti saya akan mencoba mempertahankan dan meningkatkan peringkat BWF saya," kata Gregoria yang dalam peringkat terbaru yang diumumkan BWF berada di urutan ke-35 dunia.
Hal tersebut berarti saat ini anak pasangan Gregorius Maryanto dan Fransiska Romana itu yang tertinggi peringkatnya di antara pemain-pemain tunggal putri lain Indonesia.
Sejak awal 2018 ini peringkat Gregoria memang terus menanjak. Dari 43 pada Januari 2018, menjadi 35 pekan ini.
Gregoria yang bergabung dalam Pelatnas Cipayung sejak 2013 itu, saat ini masuk dalam skuat tim Indonesia pada kejuaraan bulutangkis beregu putri dunia Piala Uber di Bangkok, Thailand, 20-27 Mei 2018.
Di Piala Uber 2018, ia terdaftar sebagai tunggal putri kedua di bahwa Fitriani. Hal itu karena peringkat yang dipakai untuk susunan skuat Piala Uber masing-masing negara adalah yang diumumkan BWF pada awal April 2018.
Pada pertandingan pertama grup D melawan Malaysia, Gregoria berhasil memberi angka penting bagi Indonesia ketika ia menaklukkan pemain Malaysia, Goh Jin Wei, yang berperingkat di atasnya.
Kemenangan pemain asal klub Mutiara Cardinal Bandung itu sangat penting dan ikut menentukan kemenangan tim Indonesia 3-2 atas Malaysia, mengingat pada partai ini Indonesia lebih mengandalkan pada kekuatan sektor ganda putri.
Gregoria juga tampil prima ketika ia dipercaya menjadi tunggal pertama tim Piala Uber Indonesia untuk menghadapi Prancis. Tanpa kesulitan berarti ia menaklukkan Yaelle Hoyaux 21-9, 21-8 hanya dalam waktu 23 menit.
Juara junior
Meskipuh sudah sering tampil dan menjuarai berbagai turnamen, khususnya pada tingkat junior dan level chalenge, nama Gregoria mulai mencuat terutama ketika ia berhasil meraih juara pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2017 di Yogyakarta. Gelar di tunggal putri itu yang pertama kali diraih Indonesia dalam 25 tahun terakhir.
Setelah itu ia banyak berkiprah pada turnamen-turnamen tingkat senior. Di antaranya turnamen terbaru yang dijuarainya adalah Finlandia Terbuka pada April 2018 lalu.
Dengan banyaknya pengalaman bertanding melawan pemain-pemain level atas dunia, Gregoria pun semakin matang dan siap diandalkan mewakili Indonesia untuk turnamen-turnamen penting.
Namun Gregoria sendiri merasa upayanya untuk masuk ke deretan elit tunggal putri dunia masih berat. "Ya saya coba setahap demi setahap, sekarang di Piala Uber, dan ada turnamen-turnamen berikutnya termasuk Asian Games," katanya.
Kesibukannya di bulutangkis membuat Gregoria tahun ini baru lulus SMA memutuskan untuk tidak mendaftar kuliah dulu.
Hingga dua bulan ke depan, sejumlah turnamen penting menantinya, termasuk turnamen Indonesia Terbuka 3-8 Juli di Jakarta, serta kejuaraan dunia perorangan di Nanjing, CHina akhir Juli.
Di usia yang terbilang masih cukup muda, Gregoria mungkin bisa menjadi harapan bagi perbulutangkisan Indonesia yang saat ini belum bisa melahirkan atlet-atlet tunggal putri terbaik dunia.
Peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992, Susy Susanti, yang kini menjadi sebagai Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI sempat mengungkapkan keinginannya untuk mencetak pemain-pemain tunggal putri nasional yang bisa menempati peringkat atas dunia dan dapat diandalkan untuk turnamen penting seperti Piala Uber.
Gregoria mungkin bisa memberi jawaban atas kerinduan Indonesia untuk kembali memilik tunggal putri sekelas Susy Susanti di masanya.
Oleh sebab itulah pemain kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus 1999, itu ingin terus mempertajam penampilannya hingga penyelenggaraan Asian Games yang tinggal kurang dari tiga bulan lagi itu.
"Kalau mendapat kesempatan masuk tim Asian Games tentunya senang, karena persaingan bulu tangkis di tingkat Asia pada Asian Games nanti cukup menantang," kata Gregoria.
Menuju Asian Games XVIII, Gregoria akan fokus dalam latihan dan juga pada turnamen-turnamen menjelang pesta olahraga antarbangsa Asia itu.
"Yang pasti saya akan mencoba mempertahankan dan meningkatkan peringkat BWF saya," kata Gregoria yang dalam peringkat terbaru yang diumumkan BWF berada di urutan ke-35 dunia.
Hal tersebut berarti saat ini anak pasangan Gregorius Maryanto dan Fransiska Romana itu yang tertinggi peringkatnya di antara pemain-pemain tunggal putri lain Indonesia.
Sejak awal 2018 ini peringkat Gregoria memang terus menanjak. Dari 43 pada Januari 2018, menjadi 35 pekan ini.
Gregoria yang bergabung dalam Pelatnas Cipayung sejak 2013 itu, saat ini masuk dalam skuat tim Indonesia pada kejuaraan bulutangkis beregu putri dunia Piala Uber di Bangkok, Thailand, 20-27 Mei 2018.
Di Piala Uber 2018, ia terdaftar sebagai tunggal putri kedua di bahwa Fitriani. Hal itu karena peringkat yang dipakai untuk susunan skuat Piala Uber masing-masing negara adalah yang diumumkan BWF pada awal April 2018.
Pada pertandingan pertama grup D melawan Malaysia, Gregoria berhasil memberi angka penting bagi Indonesia ketika ia menaklukkan pemain Malaysia, Goh Jin Wei, yang berperingkat di atasnya.
Kemenangan pemain asal klub Mutiara Cardinal Bandung itu sangat penting dan ikut menentukan kemenangan tim Indonesia 3-2 atas Malaysia, mengingat pada partai ini Indonesia lebih mengandalkan pada kekuatan sektor ganda putri.
Gregoria juga tampil prima ketika ia dipercaya menjadi tunggal pertama tim Piala Uber Indonesia untuk menghadapi Prancis. Tanpa kesulitan berarti ia menaklukkan Yaelle Hoyaux 21-9, 21-8 hanya dalam waktu 23 menit.
Juara junior
Meskipuh sudah sering tampil dan menjuarai berbagai turnamen, khususnya pada tingkat junior dan level chalenge, nama Gregoria mulai mencuat terutama ketika ia berhasil meraih juara pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2017 di Yogyakarta. Gelar di tunggal putri itu yang pertama kali diraih Indonesia dalam 25 tahun terakhir.
Setelah itu ia banyak berkiprah pada turnamen-turnamen tingkat senior. Di antaranya turnamen terbaru yang dijuarainya adalah Finlandia Terbuka pada April 2018 lalu.
Dengan banyaknya pengalaman bertanding melawan pemain-pemain level atas dunia, Gregoria pun semakin matang dan siap diandalkan mewakili Indonesia untuk turnamen-turnamen penting.
Namun Gregoria sendiri merasa upayanya untuk masuk ke deretan elit tunggal putri dunia masih berat. "Ya saya coba setahap demi setahap, sekarang di Piala Uber, dan ada turnamen-turnamen berikutnya termasuk Asian Games," katanya.
Kesibukannya di bulutangkis membuat Gregoria tahun ini baru lulus SMA memutuskan untuk tidak mendaftar kuliah dulu.
Hingga dua bulan ke depan, sejumlah turnamen penting menantinya, termasuk turnamen Indonesia Terbuka 3-8 Juli di Jakarta, serta kejuaraan dunia perorangan di Nanjing, CHina akhir Juli.
Di usia yang terbilang masih cukup muda, Gregoria mungkin bisa menjadi harapan bagi perbulutangkisan Indonesia yang saat ini belum bisa melahirkan atlet-atlet tunggal putri terbaik dunia.
Peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992, Susy Susanti, yang kini menjadi sebagai Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI sempat mengungkapkan keinginannya untuk mencetak pemain-pemain tunggal putri nasional yang bisa menempati peringkat atas dunia dan dapat diandalkan untuk turnamen penting seperti Piala Uber.
Gregoria mungkin bisa memberi jawaban atas kerinduan Indonesia untuk kembali memilik tunggal putri sekelas Susy Susanti di masanya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: