Habibie: Sasaran reformasi masih jauh
21 Mei 2018 21:57 WIB
Mantan Presiden yang juga Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) BJ Habibie (kiri) memberikan paparan saat menjadi pembicara kunci pada sarasehan nasional yang diselenggarakan oleh ICMI di Jakarta, Senin (21/5/2018). Sarasehan nasional tersebut bertajuk Refleksi 20 Tahun Reformasi dalam rangka bertukar pikiran terkait reformasi yang telah berjalan selama dua dekade. (ANTARA/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie mengatakan reformasi 20 tahun yang lalu berjalan sesuai rencana, tetapi untuk mencapai sasarannya sebagai peradaban, ia menilai masih jauh.
"Apakah jalannya reformasi sesuai dengan rencana yang saya dan kawan-kawan persiapkan? Apakah sampai sasarannya? Saya sampaikan jalannya sesuai rencana, sasarannya masih jauh," ujarnya dalam acara "Memperingati 20 Tahun Reformasi" di Jakarta, Senin.
Peradaban Indonesia yang disasar reformasi adalah negara dengan sumber daya manusia yang bisa diandalkan untuk membangun negaranya sendiri.
Ahli pesawat terbang itu, mengatakan peradaban adalah hasil usaha dan kerja sumber daya manusia yang kualitasnya makin hari makin tinggi sehingga ia pun mengharapkan ke depan Indonesia menjadi negara produsen, bukan konsumen.
Ia optimistis Indonesia dapat menjadi negara yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) ditunjukkan dengan keyakinannya membuat pesawat sendiri.
"Tidak mungkin Habibie secara sadar melaksanakan tugas jika tidak yakin kebenarannya," ucap dia.
Terdapat tiga hal yang menentukan suatu peradaban menurut BJ Habibie, yakni kebudayaan, agama, dan kemampuan mengembangkan serta menggerakkan ilmu pengetahuan.
"Itu hanya mungkin diperoleh jika proses pembudayaan baik. Ada sinergi budaya dan agama juga," tutur dia.
Terkait dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, "Bapak Teknologi" itu menegaskan yang dicari bukan siapa yang paling benar dan paling baik untuk peradaban Indonesia.
Akan tetapi, katanya, melakukan demokrasi yang berbudaya, bertanggung jawab dan tidak hanya memperjuangkan pribadi, sebagai hal yang penting.
"Apakah jalannya reformasi sesuai dengan rencana yang saya dan kawan-kawan persiapkan? Apakah sampai sasarannya? Saya sampaikan jalannya sesuai rencana, sasarannya masih jauh," ujarnya dalam acara "Memperingati 20 Tahun Reformasi" di Jakarta, Senin.
Peradaban Indonesia yang disasar reformasi adalah negara dengan sumber daya manusia yang bisa diandalkan untuk membangun negaranya sendiri.
Ahli pesawat terbang itu, mengatakan peradaban adalah hasil usaha dan kerja sumber daya manusia yang kualitasnya makin hari makin tinggi sehingga ia pun mengharapkan ke depan Indonesia menjadi negara produsen, bukan konsumen.
Ia optimistis Indonesia dapat menjadi negara yang berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) ditunjukkan dengan keyakinannya membuat pesawat sendiri.
"Tidak mungkin Habibie secara sadar melaksanakan tugas jika tidak yakin kebenarannya," ucap dia.
Terdapat tiga hal yang menentukan suatu peradaban menurut BJ Habibie, yakni kebudayaan, agama, dan kemampuan mengembangkan serta menggerakkan ilmu pengetahuan.
"Itu hanya mungkin diperoleh jika proses pembudayaan baik. Ada sinergi budaya dan agama juga," tutur dia.
Terkait dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, "Bapak Teknologi" itu menegaskan yang dicari bukan siapa yang paling benar dan paling baik untuk peradaban Indonesia.
Akan tetapi, katanya, melakukan demokrasi yang berbudaya, bertanggung jawab dan tidak hanya memperjuangkan pribadi, sebagai hal yang penting.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: