Jakarta (ANTARA News) - Politisi PDI Perjuangan sekaligus Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena98) Adian Napitupulu mengatakan Pilpres 2019 merupakan pertarungan antara rezim pro reformasi dan orde baru pendukung Soeharto dan Keluarga Cendana.

"Tahun 2019 adalah `perang` yang kedua kalinya antara mereka yang pro reformasi dan mereka yang pro terhadap Cendana (orde baru). Siapa pendukung tokoh reformis dan siapa yang mendukung tokoh orba akan terlihat pada 2019 nanti," ujar Adian dalam konferensi pers penutupan acara pameran dan rangkaian diskusi 20 Tahun Reformasi di Graha Pena 98, Jakarta, Senin.

Adian menilai 2019 adalah momentum yang akan digunakan pendukung Soeharto untuk kembali berkuasa. Hal ini, menurutnya, tercermin pada banyaknya tokoh pendukung Soeharto pada 1997 atau menjelang reformasi 1998 yang kini mengaku-aku sebagai tokoh pro reformasi.

"Hari ini orang mengaku reformis, tapi pilihan 2019 akan membuktikan apakah mereka reformis atau tidak," jelas Adian.

Menurut Adian, tokoh orba akan menggunakan seluruh kemampuan dan kekuatan finansialnya untuk memenangi Pilpres 2019. Namun dia menekankan bahwa aktivis 1998 yang kini telah menyebar di banyak posisi pemerintahan dan swasta akan mampu menangkalnya.

Dalam kesempatan itu aktivis 1998 Akhmad Yuslizar meyakini adanya aktivitas yang sistematis berupaya membangun "opini negatif" terhadap era reformasi dengan cara membandingkan era orba yang jauh lebih baik dibanding era reformasi.

"Seperti melakukan sebaran berita di medsos atau online lewat nara sumber-nara sumber anti reformasi. Bahkan mereka mengeluarkan hasil survei yang mengatakan tingkat kepuasan rakyat lebih tinggi di era orba, dibanding saat ini," kata Yuslizar yang akrab disapa Yos.

Yos menekankan upaya membandingkan era kepemimpinan Jokowi selama empat tahun dengan kepemimpinan orba selama 32 tahun adalah hal yang tidak masuk akal.