Padang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menginginkan masyarakat agar membiasakan diri menggunakan angkutan massal yang saat ini terus dibangun pemerintah dalam mengurangi kemacetan lalu lintas jalan raya.

"Tanpa ada pembangunan angkutan massal yang memadai maka akan terus terjadi kemacetan. Semua kota di dunia juga akan macet kalau tidak ada pembangunan angkutan massal," kata Presiden Joko Widodo saat meresmikan Kereta Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, Senin.

Hadir dalam acara itu Ibu Iriana Joko Widodo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung,?dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Presiden mengatakan pembangunan kereta bandara di Padang ini adalah yang ketiga setelah di Jakarta dan Medan.

Presiden mengatakan, kereta bandara di Soekaro-Hatta misalnya dibangun untuk memudahkan masyarakat menuju bandara dengan waktu singkat.

Di Jakarta, kata Presiden, penumpang yang akan menuju ke Bandara Soekarno-Hatta bisa memakan waktu berjam-jam.

"Bisa satu jam, bisa dua jam, bisa tiga jam tergantung seperti apa macetnya," kata Presiden.

Untuk mengurangi kepadatan di jalan raya, kata Presiden, pemerintah sedang membangun fasilitas transportasi massal seperti LRT, MRT, busway, serta kereta komuter.

Di Padang, kata Presiden, pemerintah juga ingin memberlakukan hal sama, yaitu membangun sarana angkutan massal yangcaman dan memadai yang salah satunya kereta api BIM.

Untuk menarik minat masyarakat gunakan kereta bandara, pemerintah memberikan subsidi dengan hanya membayar Rp10.000 per penumpang dari Padang keBIM.

"Harga itu murah sekali. Coba kalau naik mobil bisa berjam-jam dan lebih mahal ongkosnya," kata Presiden.

Presiden mengatakan pula kapasitas tampung BIM akan terus ditingkatkan dari sekarang 2,6 juta penumpang per tahun menjadi 5,7 juta penumpang akhir 2019.

Baca juga: Menhub nyatakan KA Bandara Minangkabau kurangi kepadatan kendaraan

Baca juga: Presiden ke Sumatera Barat untuk resmikan kereta bandara