Dinkes Pamekasan jelaskan sebab kelambanan penanganan keracunan massal
21 Mei 2018 08:49 WIB
Arsip Foto. Warga korban keracunan makanan kenduri mendapat perawatan intensif di garasi puskesmas Kecamatan Doko, Blitar, Jawa Timur, Kamis (15/2/2018). Sebanyak 52 orang warga Kecamatan Doko dilarikan ke rumah sakit dan puskesmas setempat lantaran mengalami gejala keracunan seusai menyantap makanan saat kenduri di rumah salah seorang warga. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)
Pamekasan, Jawa Timur (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Pamekasan menyampaikan klarifikasi menanggapi protes dari kalangan warga berkenaan dengan lambannya penanganan keracunan massal pada 12 Mei yang menyebabkan dua orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan Ismail Bey mengatakan sebenarnya dinas sudah berusaha mengambil langkah cepat dengan segera mengambil sampel nasi bungkus yang diduga sebagai penyebab keracunan dan mengirimnya ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Surabaya.
"Kami telah mengirim sampel tersebut ke BBPOM di Surabaya, akan tetapi hingga saat ini belum turun," kata Ismail melalui telepon kepada Antara, Senin pagi.
Dinas Kesehatan, ia menjelaskan, tidak bisa mengambil keputusan cepat karena sampai sekarang belum menerima hasil pemeriksaan laboratorium dari BBPOM di Surabaya.
"Kami juga belum mengetahui secara pasti penyebabnya sebelum ada bukti material berdasarkan hasil uji lab itu," katanya.
Kasus keracunan massal di Pamekasan pada 12 Mei berdampak pada 318 orang dengan berbagai usia, dari anak-anak hingga orang dewasa, dan dua di antaranya meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSUD Dr Slamet Martodirjo Pamekasan.
Kasus keracunan massal yang terjadi dalam acara di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Jadid, Desa Ponjanan Timur, Kecamatan Batumarmar, tersebut mendorong Dinas Kesehatan menetapkannya sebagai kejadian luar biasa.
Sebanyak 250 korban keracunan dirawat di RSUD Waru, Pamekasan, sisanya di tiga Puskesmas Waru, Pasean dan Batumarmar. Sebagian pasien terpaksa dirawat di lorong-lorong rumah sakit Waru karena daya tampung rumah sakit sudah tidak mencukupi. Pasien yang tergolong parah dirujuk ke RSUD Dr Slamet Martodirjo, Pamekasan.
Baca juga: Korban meninggal akibat keracunan di Pemekasan bertambah
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan Ismail Bey mengatakan sebenarnya dinas sudah berusaha mengambil langkah cepat dengan segera mengambil sampel nasi bungkus yang diduga sebagai penyebab keracunan dan mengirimnya ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Surabaya.
"Kami telah mengirim sampel tersebut ke BBPOM di Surabaya, akan tetapi hingga saat ini belum turun," kata Ismail melalui telepon kepada Antara, Senin pagi.
Dinas Kesehatan, ia menjelaskan, tidak bisa mengambil keputusan cepat karena sampai sekarang belum menerima hasil pemeriksaan laboratorium dari BBPOM di Surabaya.
"Kami juga belum mengetahui secara pasti penyebabnya sebelum ada bukti material berdasarkan hasil uji lab itu," katanya.
Kasus keracunan massal di Pamekasan pada 12 Mei berdampak pada 318 orang dengan berbagai usia, dari anak-anak hingga orang dewasa, dan dua di antaranya meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSUD Dr Slamet Martodirjo Pamekasan.
Kasus keracunan massal yang terjadi dalam acara di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Jadid, Desa Ponjanan Timur, Kecamatan Batumarmar, tersebut mendorong Dinas Kesehatan menetapkannya sebagai kejadian luar biasa.
Sebanyak 250 korban keracunan dirawat di RSUD Waru, Pamekasan, sisanya di tiga Puskesmas Waru, Pasean dan Batumarmar. Sebagian pasien terpaksa dirawat di lorong-lorong rumah sakit Waru karena daya tampung rumah sakit sudah tidak mencukupi. Pasien yang tergolong parah dirujuk ke RSUD Dr Slamet Martodirjo, Pamekasan.
Baca juga: Korban meninggal akibat keracunan di Pemekasan bertambah
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: