Jakarta (ANTARA News) - Persahabatan dua bangsa serumpun, Republik Indonesia dan Kerajaan Malaysia, bisa digambarkan dengan keeratan persahabatan kedua tokoh dua negeri bertetangga ini, Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie dan Wakil Perdana Menteri Malaysia (1993-1998) Anwar Ibrahim.

Persahabatan kedua tokoh ini menjadi pemberitaan lagi tatkala keduanya bertemu di kediaman Habibie di bilangan Kompleks Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu siang, 20 Mei 2018, dan dilanjutkan lagi pada Minggu petang untuk berbuka puasa bersama.

Anwar Ibrahim yang kini menjabat Ketua Partai Keadilan Rakyat dan Ketua Pakatan Harapan (koalisi dari Partai Keadilan Rakyat, Partai Amanah Negara, dan Partai Aksi Demokratis) yang baru saja memenangi pemilu di negerinya, menuturkan dalam akun facebook miliknya, bahwa kunjungan kali ini atas undangan Habibie.

Kunjungannya untuk bertemu dengan Habibie digambarkan sebagai pertemuan yang bersejarah dengan momentum yang pernah terjadi di kedua negara pada tahun 1998. Kedua negara pada tahun itu sama-sama melakukan gerakan reformasi meskipun dengan agenda yang berbeda.

Bagi Indonesia, 1998 merupakan sejarah baru masuk ke era reformasi setelah Presiden Soeharto berhenti pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie yang sebelumnya menjabat Wakil Presiden.

Meskipun kepemimpinan Habibie singkat karena hanya berlangsung pada 1998-1999, Habibie mampu menjalankan amanat untuk melaksanakan agenda reformasi yang dipelopori oleh gerakan mahasiswa dengan enam agenda utama yakni suksesi kepemimpinan, amendemen UUD 1945, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi hukum, dan pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya.

Sementara gerakan reformasi di Malaysia dimulai pada 2 September 1998 yang dipelopori oleh Anwar Ibrahim setelah dijatuhkan dari jabatannya.

Bagi Anwar Ibrahim, 2 September 1998 merupakan awal gerakan reformasi setelah dia dijatuhkan oleh PM Malaysia Mahathir Mohammad (1981-2003) dan berlangsung sepanjang kepemimpinan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi (2003-2009), dan Najib Razak (2009-2018) dalam rezim koalisi pemerintahan Barisan Nasional.

Perjuangan reformasi itu berlangsung dua dekade hingga Barisan Nasional dikalahkan oleh koalisi oposisi Pakatan Harapan dalam Pemilu 9 Mei 2018.

Pakatan Harapan kini menjadi koalisi pemerintahan dan mengantarkan kembali Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri dan Wan Azizah Wan Ismail (istri Anwar Ibrahim) sebagai Wakil Perdana Menteri.

Anwar Ibrahim yang sedang menjalani masa hukuman di penjara dan sedang dirawat di RS Rehabilitasi Cheras setelah operasi atas cedera bahu, pun dibebaskan dari penjara pada Rabu (16/5), setelah mendapat pengampunan penuh dari Raja Malaysia dari seluruh dakwaan hukum dan diizinkan terjun kembali ke politik.

Mahathir, yang telah berdamai dengan Anwar Ibrahim, menjanjikan akan memimpin pemerintahan untuk satu hingga dua tahun ke depan sebelum menyerahkan kepada Anwar Ibrahim untuk menggantikannya.

Anwar meyakini bahwa pertemuannya yang kesekian kali dengan Habibie ini dapat meningkatkan hubungan kedua negara, termasuk dalam melaksanakan berbagai agenda reformasi atau perbaikan.

Anwar dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam program acara Mata Najwa di Metro TV beberapa tahun lalu yang bertema "Habibie Hari Ini", menyampaikan bahwa Habibie sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, apalagi setelah Habibie dan istrinya, Ainun, selalu menjenguk saat dirinya menjalani pengobatan di Jerman pada tahun 2004.


Habibie sederhana

Ia menggambarkan Habibie sebagai sosok sederhana, bicaranya singkat dan padat, dan bukan politisi biasa, dan menyampaikan berbagai hal dengan keyakinan dari hati nurani.

Anwar Ibrahim menilai Habibie sebagai pemimpin negara yang unik.

Dalam Mata Najwa itu, Anwar Ibrahim juga sempat dimintai penilaiannya atas pernyataan mantan Menteri Penerangan Malaysia Zainuddin Maidin yang menulis di media Utusan Malaysia edisi 10 Desember 2012 dengan tajuk "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim".

Zainuddin menyebut kedua tokoh itu sebagai pengkhianat. Anwar mengomentari bahwa orang Malaysia banyak kategorinya, dan Maidin adalah contoh dari orang yang kurang terdidik, tidak semua menteri itu ada kelayakan.

Ketika disampaikan bahwa kasus itu membuat Presiden Yudhoyono protes keras, Anwar menyampaikan bahwa sangat wajar protes tersebut karena merupakan marwah sebuah negara karena ada orang yang melakukan kehilafan besar.

Saat kasus Maidin itu heboh, Wakil Ketua Partai Keadilan Rakyat Malaysia Mohamed Azmin Ali menyampaikan pernyataan resmi bahwa pernyataan Maidin itu dangkal dan bersifat fitnah keji terhadap Habibie dan Anwar Ibrahim. Disebutkan bahwa Zainudin Maidin ini sedang mengidap Sklerosis Intelek yang kronik.

Azmin Ali menilai bahwa Habibie seorang reformis dan intelektual bangsa yang berjaya mengubah haluan negara menuju sebuah sistem yang demokratis dengan memerdekakan rakyat dari belenggu pemikiran dan hegemoni yang sempit. Sebagai seorang negarawan, beliau juga seorang yang peduli rakyat dan memiliki semangat setia kawan yang luhur.

Azmin Ali menjadi saksi Habibie dan isterinya, Ainun, begitu prihatin semasa Anwar menjalani perawatan di Munich, Jerman, pada tahun 2004. Hal itu menjelaskan betapa akrab hubungan keluarga kedua tokoh yang turut memperkukuh hubungan RI dan Malaysia.

Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa agenda reformasi menjadi salah satu alasan utama bagi dirinya untuk memenuhi undangan bertemu dengan keluarga dan sahabatnya, Habibie. Anwar menyebut pertemuannya dengan Habibie bersamaan dengan sambutan ulang tahun ke-20 Reformasi di Indonesia.
Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) berpelukan dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Minggu (20/5/2018). Pertemuan sekaligus ajang silaturahmi tersebut membahas isu-isu terkini kedua negara. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)