Facebook tak takut pengguna berkurang karena ketatnya kebijakan
18 Mei 2018 16:00 WIB
Facebook Indonesia menggelar temu media untuk memaparkan soal privasi dalam iklan bisnis dan kebijakan Standar Komunitas dalam sebuah acara di kantornya di Jakarta, Jumat (18/5/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Facebook telah memiliki Standar Komunitas sebagai panduan konten apa saja yang diizinkan dan dilarang di Facebook untuk memastikan platform tersebut aman.
Dalam temu media yang digelar Facebook Indonesia, di kantornya di Jakarta, Jumat, Facebook memaparkan panduan internal yang digunakan untuk menegakkan standar tersebut. Facebook menyatakan telah mempertegas garis batas antara ujaran kebencian dan humor atau sindiran yang lain.
Meski demikian Facebook mengaku tidak takut jika pengguna akan berkurang dikarenakan ketatnya kebijakan Facebok.
"Kalau memang itu risiko yang harus kita dapat, itu adalah risiko yang kita harus bisa komitmen. Tujuan dari Facebook adalah bagaimana pengguna bisa menggunakan platform kami secara aman dan nyaman," ujar Ruben Hattari, Public Policy Lead, Facebook Indonesia.
Menurut Ruben, Standar Kebijakan yang bersifat seragam harus diterapkan bagi 2,2 miliar pengguna Facebook yang sangat beragam.
Baca juga: Facebook tegaskan tak bagikan informasi pribadi pengguna
Baca juga: Facebook ungkap muatan dengan gambar kekerasan meningkat awal 2018
Lebih lanjut, Content Policy Facebook APAC, Sheen Handoo, mengatakan bahwa Standar Kebijakan diterapkan karena Facebook ingin memastikan bahwa setiap orang dapat mengekspresikan pendapatnya secara bebas, namun secara bersamaan ingin membuat lingkungan yang nyaman bagi semua orang.
Dalam presentasinya, Sheen menjelaskan mengenai penetapan Standar Kebijakan untuk ujaran kebencian.
"Mengetahui konteks dan tujuan sangat penting. Harus tahu konteks di belakang ucapan tersebut, apakah benar hate speech atau apakah ada maksud dan tujuan dalam ujaran tersebut," ujar Sheen.
"Ada yang berpendapat kami tidak cukup banyak menurunkan postingan yang dinilai berisi ujaran kebencian, tapi ada juga yang berpendapat sebaliknya," sambung dia.
Saat ditanya soal penerapan kebijakan tersebut pada layanan lain yang dinaungi Facebook, Sheen mengaku secara garis besar kebijakan pada platform Facebook serupa dengan kebijakan yang diterapkan pada Instagram.
Bedanya, Instagram memungkinkan hewan atau benda tidak hidup memiliki akun mereka sendiri, sedangkan Facebook hanya mengizinkan akun yang dimiliki oleh manusia secara nyata.
Sementara itu, untuk WhatsApp, Sheen mengatakan bahwa layanan pesan instan ini merupakan platform berbeda. Facebook disebut tidak memiliki akses kepada konten yang dibagikan via WhatsApp karena sistrem enkripsi yang dimiliki WhatsApp.
Meskipun demikian, Facebook telah menyiapkan fitur bagi masyarakat untuk menyampaikan konten yang dinilai berisi berita palsu untuk kemudian diperiksa oleh tim pemeriksa fakta yang ditunjuk WhatsApp.
Sayangnya, fitur tersebut baru tersedia di Kolombia, namun Sheen menegaskan bahwa fitur tersebut akan segera tersedia di Indonesia.
Baca juga: Facebook tegaskan tindaklanjuti konten berkaitan terorisme
Baca juga: Zuckerberg setuju bertemu tertutup dengan Parlemen Eropa
Dalam temu media yang digelar Facebook Indonesia, di kantornya di Jakarta, Jumat, Facebook memaparkan panduan internal yang digunakan untuk menegakkan standar tersebut. Facebook menyatakan telah mempertegas garis batas antara ujaran kebencian dan humor atau sindiran yang lain.
Meski demikian Facebook mengaku tidak takut jika pengguna akan berkurang dikarenakan ketatnya kebijakan Facebok.
"Kalau memang itu risiko yang harus kita dapat, itu adalah risiko yang kita harus bisa komitmen. Tujuan dari Facebook adalah bagaimana pengguna bisa menggunakan platform kami secara aman dan nyaman," ujar Ruben Hattari, Public Policy Lead, Facebook Indonesia.
Menurut Ruben, Standar Kebijakan yang bersifat seragam harus diterapkan bagi 2,2 miliar pengguna Facebook yang sangat beragam.
Baca juga: Facebook tegaskan tak bagikan informasi pribadi pengguna
Baca juga: Facebook ungkap muatan dengan gambar kekerasan meningkat awal 2018
Lebih lanjut, Content Policy Facebook APAC, Sheen Handoo, mengatakan bahwa Standar Kebijakan diterapkan karena Facebook ingin memastikan bahwa setiap orang dapat mengekspresikan pendapatnya secara bebas, namun secara bersamaan ingin membuat lingkungan yang nyaman bagi semua orang.
Dalam presentasinya, Sheen menjelaskan mengenai penetapan Standar Kebijakan untuk ujaran kebencian.
"Mengetahui konteks dan tujuan sangat penting. Harus tahu konteks di belakang ucapan tersebut, apakah benar hate speech atau apakah ada maksud dan tujuan dalam ujaran tersebut," ujar Sheen.
"Ada yang berpendapat kami tidak cukup banyak menurunkan postingan yang dinilai berisi ujaran kebencian, tapi ada juga yang berpendapat sebaliknya," sambung dia.
Saat ditanya soal penerapan kebijakan tersebut pada layanan lain yang dinaungi Facebook, Sheen mengaku secara garis besar kebijakan pada platform Facebook serupa dengan kebijakan yang diterapkan pada Instagram.
Bedanya, Instagram memungkinkan hewan atau benda tidak hidup memiliki akun mereka sendiri, sedangkan Facebook hanya mengizinkan akun yang dimiliki oleh manusia secara nyata.
Sementara itu, untuk WhatsApp, Sheen mengatakan bahwa layanan pesan instan ini merupakan platform berbeda. Facebook disebut tidak memiliki akses kepada konten yang dibagikan via WhatsApp karena sistrem enkripsi yang dimiliki WhatsApp.
Meskipun demikian, Facebook telah menyiapkan fitur bagi masyarakat untuk menyampaikan konten yang dinilai berisi berita palsu untuk kemudian diperiksa oleh tim pemeriksa fakta yang ditunjuk WhatsApp.
Sayangnya, fitur tersebut baru tersedia di Kolombia, namun Sheen menegaskan bahwa fitur tersebut akan segera tersedia di Indonesia.
Baca juga: Facebook tegaskan tindaklanjuti konten berkaitan terorisme
Baca juga: Zuckerberg setuju bertemu tertutup dengan Parlemen Eropa
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: