Pasang spanduk di mana-mana, Surabaya bangkit melawan teror
16 Mei 2018 16:16 WIB
Keluarga dan kerabat mengusung peti jenazah Legita alias Lim Gwat Ni (56) yang merupakan salah satu korban tewas tragedi bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya saat akan disemayamkan di rumah duka di Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018). Legita yang merupakan warga Poris Tangerang menjadi salah satu korban bom serangan teroris saat akan melakukan ibadah minggu pagi. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Surabaya (ANTARA News) - Spanduk bertuliskan perlawanan terhadap terorisme terpasang di sejumlah sudut Kota Surabaya, Jawa Timur, bahkan beberapa spanduk serupa juga memenuhi sudut gang kampung kecil di kota itu, Rabu.
Di Jalan Pandegiling, Kampung Malang, Jalan Raya Diponegoro dan Jembatan Layang Kawasan Pasar Kembang, terpampang spanduk bertuliskan "Kami Siap Melawan", "Kalian (teroris) Salah Pilih Lawan Cok !!!", dan "No More Terorish Allowed In Our Beloved Suroboyo" dan "Suroboyo Wani Cok !!".
Tulisan spanduk di kain putih dan membentuk persegi panjang dengan ukuran panjang tiga meter hingga enam meter serta lebar satu meter itu, terlihat apa adanya dengan tulisan tangan tanpa dicetak menggunakan mesin, sehingga terlihat ditulis secara manual menggunakan pewarna mencolok merah.
"Kami sepakat dengan spanduk ini mas, dan sebagai warga kampung kami juga marah dengan aksi teroris yang enggak jelas tersebut. Spanduk yang ada di sini, juga sebagai aksi perlawanan kami, para warga kampung, kepada teroris," kata Usman, warga Kampung Malang, Surabaya.
Warga lain bernama Mustain mengatakan spanduk ini sebagai unjuk kemarahan warga Surabaya. Mustain bahkan menginginkan spanduk serupa harus diperbanyak dan dipasang di berbagai sudut kota, untuk membuktikan warga Surabaya tidak takut.
Usai aksi teror bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, situasi Kota Pahlawan lengang, dan beberapa sudut jalan yang biasanya macet terlihat lancar, seperti Jalan Basuki Rahmat, Jalan Diponegoro hingga Jalan Ahmad Yani, karena Pemkot Surabaya juga meliburkan siswa sekolah, ditambah beberapa instansi juga melakukan hal serupa.
Baca juga: Cegah teror terulang Risma aktifkan lagi Siskamling
Pusat perbelanjaan yang biasanya ramai seperti Plaza Tunjungan dan Jembatan Merah Plaza juga tidak banyak dikunjungi warga karena ada penjagaan ketat di pintu masuk tempat itu, ditambah beberapa warga yang malas keluar rumah.
Namun, situasi kota Rabu pagi mulai ramai, dan warga sudah berani ke luar rumah menuju beberapa tempat nongkrong seperti warung kopi, ditambah aktivitas perkantoran sudah mulai buka dengan kembali mempekerjakan pegawainya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpesan agar warga tetap tenang karena Pemkot, Polres dan TNI sepakat lebih aktif menjaga Surabaya baik dari sisi strategi baru sampai intensitas keamanan.
"Kita tidak boleh menyerah dan kita tidak boleh kalah. Ingat kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Risma.
Risma mengaku juga sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada seluruh RT/RW agar mewaspadai orang-orang di sekeliling yang mencurigakan hingga hal-hal yang sepele melalui ucapan.
Selain itu, apabila melihat orang-orang yang mencurigakan, orang baru, pertemuan-pertemuan yang tidak ada laporan patut diwaspadai dan segera dilaporkan.
"Bukan berarti berprasangka buruk, tetapi mendeteksi dini itu yang sangat penting dan terjaga. Tolong kita sama-sama peka," kata dia.
Baca juga: Telegram, radikalisasi dan cerita bagaimana napiter Anggi teradikalisasi
Di Jalan Pandegiling, Kampung Malang, Jalan Raya Diponegoro dan Jembatan Layang Kawasan Pasar Kembang, terpampang spanduk bertuliskan "Kami Siap Melawan", "Kalian (teroris) Salah Pilih Lawan Cok !!!", dan "No More Terorish Allowed In Our Beloved Suroboyo" dan "Suroboyo Wani Cok !!".
Tulisan spanduk di kain putih dan membentuk persegi panjang dengan ukuran panjang tiga meter hingga enam meter serta lebar satu meter itu, terlihat apa adanya dengan tulisan tangan tanpa dicetak menggunakan mesin, sehingga terlihat ditulis secara manual menggunakan pewarna mencolok merah.
"Kami sepakat dengan spanduk ini mas, dan sebagai warga kampung kami juga marah dengan aksi teroris yang enggak jelas tersebut. Spanduk yang ada di sini, juga sebagai aksi perlawanan kami, para warga kampung, kepada teroris," kata Usman, warga Kampung Malang, Surabaya.
Warga lain bernama Mustain mengatakan spanduk ini sebagai unjuk kemarahan warga Surabaya. Mustain bahkan menginginkan spanduk serupa harus diperbanyak dan dipasang di berbagai sudut kota, untuk membuktikan warga Surabaya tidak takut.
Usai aksi teror bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, situasi Kota Pahlawan lengang, dan beberapa sudut jalan yang biasanya macet terlihat lancar, seperti Jalan Basuki Rahmat, Jalan Diponegoro hingga Jalan Ahmad Yani, karena Pemkot Surabaya juga meliburkan siswa sekolah, ditambah beberapa instansi juga melakukan hal serupa.
Baca juga: Cegah teror terulang Risma aktifkan lagi Siskamling
Pusat perbelanjaan yang biasanya ramai seperti Plaza Tunjungan dan Jembatan Merah Plaza juga tidak banyak dikunjungi warga karena ada penjagaan ketat di pintu masuk tempat itu, ditambah beberapa warga yang malas keluar rumah.
Namun, situasi kota Rabu pagi mulai ramai, dan warga sudah berani ke luar rumah menuju beberapa tempat nongkrong seperti warung kopi, ditambah aktivitas perkantoran sudah mulai buka dengan kembali mempekerjakan pegawainya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpesan agar warga tetap tenang karena Pemkot, Polres dan TNI sepakat lebih aktif menjaga Surabaya baik dari sisi strategi baru sampai intensitas keamanan.
"Kita tidak boleh menyerah dan kita tidak boleh kalah. Ingat kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Risma.
Risma mengaku juga sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada seluruh RT/RW agar mewaspadai orang-orang di sekeliling yang mencurigakan hingga hal-hal yang sepele melalui ucapan.
Selain itu, apabila melihat orang-orang yang mencurigakan, orang baru, pertemuan-pertemuan yang tidak ada laporan patut diwaspadai dan segera dilaporkan.
"Bukan berarti berprasangka buruk, tetapi mendeteksi dini itu yang sangat penting dan terjaga. Tolong kita sama-sama peka," kata dia.
Baca juga: Telegram, radikalisasi dan cerita bagaimana napiter Anggi teradikalisasi
Pewarta: A. Malik Ibrahim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: