Jakarta (ANTARA News) - Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto mengatakan pihaknya menyempurnakan teknologi sensor pemantauan level air di lahan gambut dengan menambahkan sistem komunikasi data Long Range Access (LoRa).

"Morpalaga (prototipe teknologi sensor pemantauan level air gambut buatan BPPT) berhenti dikembangkan karena kestabilan datanya kurang bagus. Karenanya kami kembangkan lagi bersama tim Morpalaga juga, teknologi serupa bernama Smokies dengan sistem komunikasi datanya yang lebih baik," katanya di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan sensor yang dipasang di Smokies berfungsi utama untuk mengukur level air dan kelembaban lahan gambut selain juga sensor curah hujan, temperatur dan angin. Sedangkan penggunaan LoRa akan memungkinkan data diterima lebih baik lagi ketika ditempatkan di tengah hutan yang tidak terjangkau jaringan telekomunikasi dari provider.

Sistem, lanjutnya, akan secara otomatis menghitung tingkat kerawanan gambut di sana. Jika ternyata semakin rawan hasilnya maka harus semakin banyak pembasahan dilakukan, termasuk dengan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk hujan buatan.

Harga Smokies, menurut dia, memang sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan Morpalaga, karena menambahkan sistem komunikasi data menggunakan gelombang. "Tapi harganya masih di bawah Sesame (teknologi sensor pemantauan level air buatan Jepang)," katanya.

Data yang diterima Smokies ia mengatakan akan diterima langsung oleh BPPT. "Dan rencananya akan kita `mirror` ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana," katanya.

Hingga saat ini, menurut dia, belum ada 100 alat sensor atau Smokies yang dipasang BPPT di lahan gambut. Pemasangan sudah dilakukan di Sumatera Selatan, Jambi dan Riau.

"BRG (Badan Restorasi Gambut) juga berencana memasang Smokies, mereka ada anggaran untuk memasang di sekian ratus titik di tahun 2018. Nanti lah kita jajaki lagi, soalnya kita juga belum mampu memproduksi sebanyak itu," ucapnya.

Teknologi sensor untuk memantau level air di lahan gambut dan kelembabannya ini digunakan untuk mendapatkan informasi kondisi tingkat kerawanan lahan gambut terbakar. Teknologi ini digunakan untuk mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang memicu kabut asap.