Roma (ANTARA News) - Pengembangan perkebunan dan industri kelapa sawit sangat efektif menekan angka kemiskinan, karena banyak rakyat kecil yang terlibat dan dampak berantainya sangat besar.

Hal itu terungkap pada konferensi internasional tentang pengentasan kemiskinan bertajuk "Eradicating Poverty Through The Agriculture and Plantation Industry to empower peace and humanity" di Universitas Pontifical Urbana di Roma, Italia, Selasa, Yang dihadiri Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan.

"Sektor pertanian sangat penting bagi Indonesia dan minyak sawit memberi kontribusi terbesar," kata Luhut Binsar yang menjadi pembicara pada sesi High Level Segment.

Perkebunan kelapa sawit yang 41 persen dikelola rakyat kecil tersebut dan sisanya dikuasai perusahaan swasta dan BUMN, mampu memberi kontribusi ekspor sebesar 15,5 miliar Euro atau sekitar Rp250 triliun.

"Ada 2,3 juta petani kelapa sawit yang menghidupi 6,9 juta orang," ujar Luhut.

Selain itu, sektor perkebunan dan industri kelapa sawit juga menyerap 5,5 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung.

"Data itu menunjukkan minyak sawit sangat signifikan berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan," katanya.

Hal yang sama juga terjadi di Malaysia sebagai produsen kedua terbesar di dunia, dan negara produsen minyak sawit lainnya termasuk Thailand dan Colombia yang pengelolaan perkebunan sawitnya juga didominasi rakyat kecil.

Baca juga: Ini cara diplomasi Indonesia perjuangkan minyak sawit di Eropa

Duta Besar Malaysia untuk Vatikan Tan Sri Bernard Giluk Dompok yang juga menjadi pembicara utama pada konferensi tersebut mengatakan kelapa sawit memainkan peranan penting bagi ekonomi Malaysia, dengan tenaga kerja yang terlibat sekitar dua juta orang dan sekitar 35 persen perkebunan kelapa sawit dikelola rakyat kecil.

"Sektor kelapa sawit tidak saja menopang pertumbuhan ekonomi, tetapi sarana penyertaan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan," ujarnya.

Tan Sri Bernard Giluk Dompok yang pernah menjadi Menteri Pertanian Malaysia juga mengatakan produktivitas minyak sawit 10 kali lebih tinggi dibandingkan kedelai dan empat kali lebih tinggi dari bunga matahari.

"Jika dunia ingin menahan laju deforestasi, maka kelapa sawit adalah tanaman yang paling mungkin dikembangkan. Sawit efektif menekan emisi gas rumah kaca," katanya.

Sementara itu, Kardinal Peter K.A. Turkson mengatakan, sektor pertanian termasuk perkebunan kelapa sawit bisa menjadi sektor usaha untuk mengurangi kemiskinan. "Namun harus dijaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dengan pengelolaan lingkungan," kata Kardinal Turkson.

Karena itu, ia mendukung dialog antara para pemangku kepentingan untuk berdialog yang konstruktif guna mencari solusi dalam rangka mencapai keseimbangan ekonomi dan lingkungan tersebut.

Konferensi international itu tidak hanya dihadiri kalangan pelaku industri dan akademisi tapi juga lembaga swadaya masyarakat di Uni Eropa, serta dubes RI di kawasan tersebut.