Washington (ANTARANews) – Gedung Putih pada Senin (14/05) menolak untuk mengkritik penanganan Israel dari kerusuhan mematikan di perbatasan Gaza, dan "secara tegas menyalahkannya kepada Hamas" saat para pejabat pemerintah senior menghadiri pembukaan kedutaan Amerika Serikat (AS) yang kontroversial di Yerusalem.

Sedikitnya 52 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel dalam bentrokan yang sebagian didorong oleh kemarahan atas keputusan pemindah kedutaan besar AS ke Yerusalem, yang pelantikannya tetap dilakukan meski terjadi kekerasan.

Meski Presiden Donald Trump tidak pergi ke Israel, dia mengirim putrinya Ivanka dan menantunya Jared Kushner sebagai bagian dari delegasi.

Baca juga: Begini nasib pekerja pabrik baju Ivanka Trump di Indonesia

Presiden Trump mengumumkan langkah kedutaan besar itu pada 6 Desember, yang segera memicu penolakan dari komunitas internasional - dan protes kekerasan.

"Hari besar untuk Israel. Selamat!" ujar Trump melalui Twitter.

"Kami merayakan sejarah," kata Wakil Presiden Mike Pence. "Amerika berdiri dengan Israel!"

Tetapi ucapan Twitter mereka tidak menyebutkan tentang kekerasan mematikan di lapangan, dan selama berjam-jam, para pejabat Washington tetap diam tentang pertumpahan darah di perbatasan Gaza.

Namun, Gedung Putih akhirnya pada sore harinya membahas tragedi paling berdarah dari konflik Israel-Palestina tersebut sejak terjadi beberapa tahun lalu - dan menyalahkan insiden tersebut kepada Hamas.

"Tanggung jawab atas kematian tragis ini berada di tangan Hamas," kata juru bicara Gedung Putih, Raj Shah kepada wartawan.

"Hamas secara sengaja dan sinis memprovokasi respons ini," katanya, sambil menambahkan bahwa "Israel memiliki hak untuk membela diri," katanya seperti dikutip AFP.

Baca juga: Puluhan warga Palestina tewas di Gaza