Bappenas: Inklusi keuangan bantu kurangi kemiskinan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang Brodjonegoro (kedua kanan), Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK Budi Armanto (kedua kiri), President Director Prudential Indonesia Jens Reisch (kiri), Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji (kanan) berbincang seusai seminar "Memacu Inklusi Keuangan Syariah" di Jakarta, Senin (14/5/2018). Guna mendukung penetrasi layanan keuangan syariah, Prudential Indonesia mendorong inovasi produk dan layanan berbasis digital serta berorientasi pada kalangan millenial. (ANTARA FOTO/Audy Alwi)
"Inklusi keuangan secara umum, termasuk yang syariah adalah salah satu mekanisme yang baik untuk membantu mengurangi kemiskinan dan mengatasi berbagai isu pembangunan lainnya. Sehingga inklusi keuangan ini tidak hanya menjadi tugas dari pemerintah atau otoritas terkait tapi juga harus menjadi tugas dari semuanya," ujar Bambang di Jakarta, Senin.
Berdasarkan survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks inklusi keuangan syariah hanya 11,06 persen dibandingkan indeks inklusi keuangan nasional 67,82 persen.
Menurut Bambang, dengan perkembangan zaman saat ini dimana penggunaan teknologi digital sangat masif, akan membantu mempercepat inklusi keuangan.
"Fintech bisa mengambil peran yang lebih besar dalam memperluas indeks inklusi keuangan, karena ia langsung menghubungkan antara penyedia dana dan yang membutuhkan dana," ujar Bambang.
Menurut Bambang, semakin banyak masyarakat yang mendapatkan layanan keuangan digital, terutama dari lembaga jasa keuangan syariah, Indonesia pun akan semakin diperhitungkan dalam kancah ekonomi syariah global.
"Indonesia akan diperhitungkan karena tidak mengandalkan perbankan syariah tapi fintech syariah. Bank syariah ke depan juga jangan lagi hanya mikir nambah cabang dan sebagainya, tapi paling penting penguatan IT dan kreatif dalam fintech itu sendiri. Dengan itu, indeks inklusi keuangan syariah bisa loncat," kata Bambang.
Saat ini, pangsa pasar perbankan syariah sendiri masih relatif kecil dibandingkan negara tetangga. Aset perbankan syariah hanya mencapai 5,8 persen dibandingkan total aset perbankan nasional, jauh dibandingkan Malaysia yang sudah di atas 20 persen.
Kendati demikian, lanjut Bambang, Indonesia akhirnya telah berhasil melewati batas psikologis pangsa pasar perbankan syariah menembus di atas 5 persen namun harus terus didorong untuk tumbuh lebih tinggi dan juga berkualitas.
"Ini awal yang bagus. Ini momentum untuk berkembang lebih lanjut. Paling tidak aset perbankan sudah meningkat dan kisaran lima persen merupakan awal yang baik. Tahun ini harus capai enam persen lah," ujar Bambang.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018