Uskup Suharyo tegaskan teror Surabaya bukan soal agama
14 Mei 2018 17:58 WIB
Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo (ketiga kanan) menerima bunga mawar putih sebagai simbol solidaritas dari perwakilan Komunitas Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi (kedua kanan) usai memimpin misa di Katedral Jakarta, Minggu petang. (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA News) - Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo menegaskan bahwa aksi teror yang terjadi di tiga gereja di Surabaya serta di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Minggu (13/5), bukan menyangkut agama tertentu.
"Supaya jelas bahwa peristiwa yang terjadi di Surabaya, bahkan sampai hari ini, tidak menyangkut satu komunitas agama tertentu, tetapi menyangkut kita semua sebagai warga negara Indonesia dengan beragam latar belakang agama kita. Yang diserang bukan hanya lembaga gereja tetapi juga lembaga negara, khususnya kantor kepolisian," kata Uskup Suharyo kepada wartawan di Katedral Jakarta, Senin, menyusul serangan bom di Mapolrestabes Surabaya.
Mengutip pernyataan sikap tokoh lintas agama terkait teror di Surabaya, Uskup mengatakan bahwa serangan teror kali ini adalah gerakan yang terpola, terstruktur, dan berjenjang yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kekacauan dan mengubah haluan negara Indonesia sebagai negara yang berdiri atas dasar konsensus bersama di atas semua golongan ras, etnis, dan agama.
"Maka negara tidak boleh kalah oleh ulah segelintir orang yang mengatasnamakan jihad tetapi justru merusak dan menodai makna jihad yang sesungguhnya yaitu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Bukan dengan menebar teror, membunuh, dan menggunakan kekerasan," ujar Uskup Suharyo membacakan pernyataan tokoh lintas agama.
Seperti seluruh komunitas agama lain, Uskup Suharyo yang juga Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengutuk keras tindakan terorisme atas dasar dan latar belakang apapun.
Menurut dia, tindakan yang menggunakan kekerasan, terorisme, menebarkan rasa benci, dan mengafirkan mereka yang di luar keyakinannya bukanlah ajaran agama.
Menyusul teror yang terjadi di gereja, permukiman warga, bahkan di kantor polisi, Uskup Suharyo mengajak seluruh masyarakat Indonesia tidak terprovokasi dan terus menggalang solidaritas kemanusiaan untuk menolak segala bentuk kekerasan.
"Yang dicederai oleh tindakan yang sangat mengerikan ini bukan saja komunitas agama yang kemarin gerejanya dibom, tetapi juga kebersamaan kita dalam NKRI dan sebagai bangsa Indonesia," kata dia.
Uskup juga mengimbau segenap umat beragama untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa, sebaliknya mempercayakan penanganan dan penanggulangan teror kepada aparat keamanan.
"Kita mendukung aparat keamanan, salah satunya dengan tidak ikut-ikutan menyebarkan isu, gambar korban, dan berita yang belum terverifikasi kebenarannya terkait peristiwa ini," tuturnya.
"Supaya jelas bahwa peristiwa yang terjadi di Surabaya, bahkan sampai hari ini, tidak menyangkut satu komunitas agama tertentu, tetapi menyangkut kita semua sebagai warga negara Indonesia dengan beragam latar belakang agama kita. Yang diserang bukan hanya lembaga gereja tetapi juga lembaga negara, khususnya kantor kepolisian," kata Uskup Suharyo kepada wartawan di Katedral Jakarta, Senin, menyusul serangan bom di Mapolrestabes Surabaya.
Mengutip pernyataan sikap tokoh lintas agama terkait teror di Surabaya, Uskup mengatakan bahwa serangan teror kali ini adalah gerakan yang terpola, terstruktur, dan berjenjang yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kekacauan dan mengubah haluan negara Indonesia sebagai negara yang berdiri atas dasar konsensus bersama di atas semua golongan ras, etnis, dan agama.
"Maka negara tidak boleh kalah oleh ulah segelintir orang yang mengatasnamakan jihad tetapi justru merusak dan menodai makna jihad yang sesungguhnya yaitu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Bukan dengan menebar teror, membunuh, dan menggunakan kekerasan," ujar Uskup Suharyo membacakan pernyataan tokoh lintas agama.
Seperti seluruh komunitas agama lain, Uskup Suharyo yang juga Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengutuk keras tindakan terorisme atas dasar dan latar belakang apapun.
Menurut dia, tindakan yang menggunakan kekerasan, terorisme, menebarkan rasa benci, dan mengafirkan mereka yang di luar keyakinannya bukanlah ajaran agama.
Menyusul teror yang terjadi di gereja, permukiman warga, bahkan di kantor polisi, Uskup Suharyo mengajak seluruh masyarakat Indonesia tidak terprovokasi dan terus menggalang solidaritas kemanusiaan untuk menolak segala bentuk kekerasan.
"Yang dicederai oleh tindakan yang sangat mengerikan ini bukan saja komunitas agama yang kemarin gerejanya dibom, tetapi juga kebersamaan kita dalam NKRI dan sebagai bangsa Indonesia," kata dia.
Uskup juga mengimbau segenap umat beragama untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa, sebaliknya mempercayakan penanganan dan penanggulangan teror kepada aparat keamanan.
"Kita mendukung aparat keamanan, salah satunya dengan tidak ikut-ikutan menyebarkan isu, gambar korban, dan berita yang belum terverifikasi kebenarannya terkait peristiwa ini," tuturnya.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: