Uskup Ignatius Suharyo imbau masyarakat tidak terprovokasi aksi teror
13 Mei 2018 20:31 WIB
Uskup Agung Jakarta (tengah) memberikan keterangan pers usai menerima bunga mawar putih, tanda solidaritas dari Komunitas Sabang Merauke menyusul aksi rangkaian bom gereja Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi, selepas memimpin misa di Katedral Jakarta, Minggu (13/5/2018) petang. (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA News) - Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi pascaserangan teroris di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka.
Meski menimbulkan kesedihan bahkan amarah, uskup meminta masyarakat tenang dalam menyikapi terorisme sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia.
"Kita percaya karena sejak merdeka bangsa kita sudah dihadang dengan berbagai tantangan, dan semua bisa diatasi. Kita percaya tidak hanya pada kekuatan kita sendiri tetapi pada kekuatan Tuhan yang menyelenggarakan kehidupan itu sendiri," ujar Uskup Suharyo saat ditemui wartawan usai memimpin misa di Katedral Jakarta, Minggu malam.
Salah satu cara yang dianjurkan uskup untuk menghindari provokasi adalah menggunakan media sosial dengan bijak dan cerdas, dengan tidak menyebarkan berita-berita yang tidak jelas ujung pangkalnya.
"Pada hari ini Gereja Katolik merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Harapan pimpinan Gereja Katolik Paus Fransiskus adalah tolak berita palsu, mari kita rawat persatuan dan jurnalisme damai," kata dia.
Baca juga: Uskup Agung Jakarta kecam bom gereja Surabaya
Uskup Suharyo mengimbau umat Katolik serta seluruh masyarakat Indonesia untuk menerapkan 3S yakni "saring sebelum sharing" saat bermedia sosial, dan mempertimbangkan dengan sangat hati-hati segala akibat atas informasi apapun yang akan disebarkan melalui media sosial.
"Kita harus menjadi orang-orang bijak dan cerdas, bukan hanya budi tetapi hati kita," tutur dia.
Sebelumnya, Ketua Setara Institute Hendardi juga mengimbau masyarakat agar tidak terpecah oleh upaya provokasi dengan kekerasan yang menyasar tempat-tempat ibadah.
"Tunjukkan bahwa masyarakat tidak takut dan mampu bergandeng tangan mengatasi aksi intoleransi, radikalisme, dan terorisme," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia juga mengingatkan bahwa aksi bela sungkawa tidak perlu ditunjukkan dengan menyebar gambar, video, dan material lain yang justru menyebarluaskan pesan ketakutan semakin meluas, sebagaimana yang dikehendaki oleh setiap aksi kekerasan.
Meski menimbulkan kesedihan bahkan amarah, uskup meminta masyarakat tenang dalam menyikapi terorisme sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia.
"Kita percaya karena sejak merdeka bangsa kita sudah dihadang dengan berbagai tantangan, dan semua bisa diatasi. Kita percaya tidak hanya pada kekuatan kita sendiri tetapi pada kekuatan Tuhan yang menyelenggarakan kehidupan itu sendiri," ujar Uskup Suharyo saat ditemui wartawan usai memimpin misa di Katedral Jakarta, Minggu malam.
Salah satu cara yang dianjurkan uskup untuk menghindari provokasi adalah menggunakan media sosial dengan bijak dan cerdas, dengan tidak menyebarkan berita-berita yang tidak jelas ujung pangkalnya.
"Pada hari ini Gereja Katolik merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Harapan pimpinan Gereja Katolik Paus Fransiskus adalah tolak berita palsu, mari kita rawat persatuan dan jurnalisme damai," kata dia.
Baca juga: Uskup Agung Jakarta kecam bom gereja Surabaya
Uskup Suharyo mengimbau umat Katolik serta seluruh masyarakat Indonesia untuk menerapkan 3S yakni "saring sebelum sharing" saat bermedia sosial, dan mempertimbangkan dengan sangat hati-hati segala akibat atas informasi apapun yang akan disebarkan melalui media sosial.
"Kita harus menjadi orang-orang bijak dan cerdas, bukan hanya budi tetapi hati kita," tutur dia.
Sebelumnya, Ketua Setara Institute Hendardi juga mengimbau masyarakat agar tidak terpecah oleh upaya provokasi dengan kekerasan yang menyasar tempat-tempat ibadah.
"Tunjukkan bahwa masyarakat tidak takut dan mampu bergandeng tangan mengatasi aksi intoleransi, radikalisme, dan terorisme," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia juga mengingatkan bahwa aksi bela sungkawa tidak perlu ditunjukkan dengan menyebar gambar, video, dan material lain yang justru menyebarluaskan pesan ketakutan semakin meluas, sebagaimana yang dikehendaki oleh setiap aksi kekerasan.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: