Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan pemerintah harus mewaspadai kemungkinan adanya politisasi insiden teror bom di sejumlah gereja di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi.
"Saya berharap pemerintah mewaspadai politisasi isu insiden bom Surabaya ini," kata Mardani Ali Sera yang Wakil Ketua Komisi II DPR di Jakarta, Minggu.
Mardani dalam keterangannya juga menyampaikan duka mendalam atas insiden yang telah merengut 11 korban jiwa dan puluhan lainnya luka-luka.
Ia mengutuk keras pelaku dan aktor bom Surabaya dan berharap pemerintah cepat meningkatkan kewaspadaan atas kejadian seperti ini di tempat lain. Ia juga berharap aktifitas teror tersebut menjadi serangan yang terakhir di Indonesia.
"Indonesia berduka cita atas insiden teror di Surabaya, Saya sendiri sangat berduka terhadap korban insiden ini. Saya mengutuk keras siapapun yang dengan sengaja merencanakan teror ini. Pemerintah jangan lengah dan jangan membiarkan hal ini terulang kembali," Kata Mardani di Komplek Senayan.
Ia juga mendesak Pemerintah cepat tanggap menyelesaikan kasus-kasus tersebut melalui penegakkan hukum dan kerja intelejen sangat penting untuk membuka tabir di mana dan siapa akar masalah sehingga tidak hanya memunculkan framming yang menjelekkan Islam.
"Pemerintah tidak boleh kalah terhadap insiden ini, fokuskan kinerja untuk mencari akar permasalahan insiden ini, maksimalkan tugas satgas anti teror yang sudah dibentuk," katanya.
Ledakan bom terjadi saat ibadah sedang berlangsung di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro 146 dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna.
Baca juga: Ketua DPRD Surabaya kunjungi rumah korban bom gereja
Baca juga: Inggris kecam serangan bom di Surabaya
Baca juga: Ketua DPR ajak masyarakat berjihad lawan terorisme
DPP PKS: waspadai politisasi teror bom Surabaya
13 Mei 2018 16:21 WIB
Presiden Joko Widodo mendatangi lokasi bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, Surabaya, Minggu. (Desca Lidya Natalia)
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: