Rini: pemerintah berkomitmen harga pupuk terjangkau petani
11 Mei 2018 14:01 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah) didampingi Dirut PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat (kiri) berbincang dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai Peluncuran dan Peresmian Pabrik Pusri 2B, Proyek NPK 2,4 Juta Ton serta peletakan batu pertama Pabrik NPK Fusion II Pusri, di Palembang, Jumat (11/5/2018). (ANTARA News/Ahmad Wijaya)
Palembang (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi pabrik pupuk sehingga harga komoditas strategis tersebut bisa lebih terjangkau bagi petani.
"Kita membangun pabrik baru pupuk di Pusri untuk menggantikan pabrik yang lama agar bisa lebih meningkatkan efisiensi produksi pupuk," kata Menteri Rini kepada pers di Palembang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Rini yang bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan Peluncuran dan Peresmian Pabrik Pusri 2B, Proyek NPK 2,4 Juta Ton serta peletakan batu pertama Pabrik NPK Fusion II Pusri.
Rini mengatakan pabrik Pusri IIB nantinya yang akan menjadi pengganti pabrik Pusri II akan lebih efisien produksi pupuk sehingga harga pupuk bisa makin turun.
Demikian juga dengan Pusri IIB penggunaan gas juga lebih sedikit turun 40 persen dibanding pabrik lama.
"Selain itu penggunaan energinya jauh lebih rendah dengan menggunakan batu bara, ini menyebabkan harga pupuk busa lebih rendah," kata Rini.
Baca juga: Menteri BUMN: produksi pupuk NPK ditingkatkan
Menteri Airlangga mengatakan pabrik pupuk yang baru dibangun itu memang lebih efisien karena penggunaan gas hemat tentu harga petani lebih rendah dan subsidi dari pemerintah akan turun.
"Ini tentunya akan lebih mengefisienkan produksi pupuk yang pada akhirnya harga murah, tapi dengan adanya produksi meningkat," kata Airlangga.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan pabrik Pusri IIB dibangun sebagai bagian dari program revitalisasi industri pupuk nasional.
Revitalisasi adalah salah satu upaya Pupuk Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk, terutama di pasar internasional, dengan cara meningkatkan efisiensi produksi.
Konsep revitalisasi adalah mengggantikan sejumlah pabrik yang sudah tua dan boros konsumsi bahan baku gas-nya dengan pabrik baru yang hemat energi, ramah lingkungan dan efisien konsumsi bahan bakunya.
Selain Pusri IIB, bagian dari proyek revitalisasi lainnya adalah Pabrik Kaltim-5 di PT Pupuk Kaltim, Bontang dan Pabrik Amurea 2 di Petrokimia Gresik.
"Kapasitas produksi Pusri 2B adalah 907.500 ton urea per tahun dan 660.000 ton amoniak per tahun. Konsumsi gas Pusri 2B adalah 24 MMBTU per ton urea, jauh lebih rendah dibandingkan pabrik yang lama, yang konsumsi gasnya mencapai 37 MMBTU per ton urea," katanya.
Pabrik ini dibangun oleh konsorsium Rekayasa Industri dan Toyo (Jepang), dengan total biaya investasi sekitar Rp8,5 triliun.
Sumber bahan baku gas untuk Pusri 2B berasal dari Pertamina EP dan Medco, dan mulai tahun 2019-2023 akan dipasok dari Conoco Phillips Grissik, dengan pasokan sebesar 62 MMSCFD.
Pabrik ini juga menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit steam dan listrik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap gas bumi.
Baca juga: Tiga BUMN sinergi manfaatkan limbah pabrik pupuk
"Kita membangun pabrik baru pupuk di Pusri untuk menggantikan pabrik yang lama agar bisa lebih meningkatkan efisiensi produksi pupuk," kata Menteri Rini kepada pers di Palembang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Rini yang bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan Peluncuran dan Peresmian Pabrik Pusri 2B, Proyek NPK 2,4 Juta Ton serta peletakan batu pertama Pabrik NPK Fusion II Pusri.
Rini mengatakan pabrik Pusri IIB nantinya yang akan menjadi pengganti pabrik Pusri II akan lebih efisien produksi pupuk sehingga harga pupuk bisa makin turun.
Demikian juga dengan Pusri IIB penggunaan gas juga lebih sedikit turun 40 persen dibanding pabrik lama.
"Selain itu penggunaan energinya jauh lebih rendah dengan menggunakan batu bara, ini menyebabkan harga pupuk busa lebih rendah," kata Rini.
Baca juga: Menteri BUMN: produksi pupuk NPK ditingkatkan
Menteri Airlangga mengatakan pabrik pupuk yang baru dibangun itu memang lebih efisien karena penggunaan gas hemat tentu harga petani lebih rendah dan subsidi dari pemerintah akan turun.
"Ini tentunya akan lebih mengefisienkan produksi pupuk yang pada akhirnya harga murah, tapi dengan adanya produksi meningkat," kata Airlangga.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan pabrik Pusri IIB dibangun sebagai bagian dari program revitalisasi industri pupuk nasional.
Revitalisasi adalah salah satu upaya Pupuk Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk, terutama di pasar internasional, dengan cara meningkatkan efisiensi produksi.
Konsep revitalisasi adalah mengggantikan sejumlah pabrik yang sudah tua dan boros konsumsi bahan baku gas-nya dengan pabrik baru yang hemat energi, ramah lingkungan dan efisien konsumsi bahan bakunya.
Selain Pusri IIB, bagian dari proyek revitalisasi lainnya adalah Pabrik Kaltim-5 di PT Pupuk Kaltim, Bontang dan Pabrik Amurea 2 di Petrokimia Gresik.
"Kapasitas produksi Pusri 2B adalah 907.500 ton urea per tahun dan 660.000 ton amoniak per tahun. Konsumsi gas Pusri 2B adalah 24 MMBTU per ton urea, jauh lebih rendah dibandingkan pabrik yang lama, yang konsumsi gasnya mencapai 37 MMBTU per ton urea," katanya.
Pabrik ini dibangun oleh konsorsium Rekayasa Industri dan Toyo (Jepang), dengan total biaya investasi sekitar Rp8,5 triliun.
Sumber bahan baku gas untuk Pusri 2B berasal dari Pertamina EP dan Medco, dan mulai tahun 2019-2023 akan dipasok dari Conoco Phillips Grissik, dengan pasokan sebesar 62 MMSCFD.
Pabrik ini juga menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit steam dan listrik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap gas bumi.
Baca juga: Tiga BUMN sinergi manfaatkan limbah pabrik pupuk
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: