Pola asuh "positive parenting" untuk generasi milenial
11 Mei 2018 13:54 WIB
Sekolah Suku Bajo Kepala Desa Samajaya, Rizal (Kanan) mengajar anak suku Bajo membaca di Balai Desa Samajaya, Kecamatan Soropia, Konawe, Sulawesi Tenggara, Minggu (6/8/2017). Sudah lima tahun pihak desa setempat membuka kelas belajar setiap hari minggu secara gratis khusus pelajaran bahasa inggris dan ilmu budaya karena daerah itu sering didatangi wisatawan asing. (ANTARA FOTO/Jojon)
Jakarta (ANTARA News) - Setiap orang tua pada dasarnya ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Seiring dengan berkembangnya zaman, pola asuh anak pun harus disesuaikan.
Menurut psikolog anak dan keluarga Ajeng Raviando pola asuh positive parenting dinilai tepat bagi orang tua masa kini untuk diterapkan kepada anaknya yang merupakan generasi milenial.
Ajeng menjelaskan bahwa pola asuh positive parenting dapt membantu orang tua menerapkan disiplin efektif tanpa kehilangan momen menyenangkan bersama anak.
"Pola asuh ini menekankan pasa sesuatu yang positif. Tidak ada kalimat negatif atau menyalahkan anak seperti "gitu saja enggak bisa", atau "yang lain bisa kenapa kamu enggak bisa"," ujar Ajeng dalam acara Homework Rescue Creative Workshop yang digelar HP bersama Disney, di Jakarta, Jumat.
"Pola asuh ini melihat sisi positif anak, kemudian anak memiliki kesempatan bersuara," lanjut dia.
Lebih lanjut, Ajeng membagian cara-cara untuk menerapkan pola asuh positive parenting ini.
Baca juga: Positif dan negatif dari pola asuh zaman now
Pertama, orang tua diharap menjadi model yang baik dengan menjadi teladan untuk anak. Selanjutnya, meluangkan waktu berkualitas secara rutin dengan anak. "Menemani anak mengerjakan PR, misalnya," ujar Ajeng.
Orang tua juga diharap fokus pada perilaku positif anak. "Memberikan pujian kepada anak. Orang tua tidak melulu fokus pada prestasi anak, jika anak memiliki perilaku yang baik, suka menolong, itu lebih baik," kata Ajeng.
Selain itu, orang tua juga harus memberikn konsekuensi logis, bersikap tegas, disiplin, jelas dan konsisten.
"Saat mengerjakan PR misalnya, kasih pilihan, kalau tidak segera dikerjakan konsekuensinya bisa jadi PR-nya enggak selesai, bisa jadi pagi kebingungan," ujar Ajeng.
Cara selanjutnya adalah melakukan diskusi dan negoisasi dengan anak. Menurut Ajeng, tua harus memonitor apa yang dikerjakan anak, mengingatkan manajemen waktu untuk melakukan sesuatu dengan tuntas.
Orang tua juga harus menciptakan komunikasi efektif dengan anak. "Misalnya, orang tua bisa sharing pengalaman saat dulu tidak mengerjakan PR, sehingga anak juga merasa bahwa orang tuanya pernah di posisi mereka," kata Ajeng.
Selain itu, untuk menerapkan pola asuh positive parenting, orang tua juga diharap dapat memberi ruang tumbuh dan memberi kesempatan bagi anak untuk melakukan kesalahan. "Ini penting karena anak bisa belajar dari kesalahan," ujar Ajeng.
Terakhir, orang tua harus memberikan cinta tanpa syarat. "Orang tua harus memahami anaknpunya keunggulan dan potensi yajg dimiliki," tambah Ajeng.
Baca juga: Menjadi orangtua versi Andien
Menurut psikolog anak dan keluarga Ajeng Raviando pola asuh positive parenting dinilai tepat bagi orang tua masa kini untuk diterapkan kepada anaknya yang merupakan generasi milenial.
Ajeng menjelaskan bahwa pola asuh positive parenting dapt membantu orang tua menerapkan disiplin efektif tanpa kehilangan momen menyenangkan bersama anak.
"Pola asuh ini menekankan pasa sesuatu yang positif. Tidak ada kalimat negatif atau menyalahkan anak seperti "gitu saja enggak bisa", atau "yang lain bisa kenapa kamu enggak bisa"," ujar Ajeng dalam acara Homework Rescue Creative Workshop yang digelar HP bersama Disney, di Jakarta, Jumat.
"Pola asuh ini melihat sisi positif anak, kemudian anak memiliki kesempatan bersuara," lanjut dia.
Lebih lanjut, Ajeng membagian cara-cara untuk menerapkan pola asuh positive parenting ini.
Baca juga: Positif dan negatif dari pola asuh zaman now
Pertama, orang tua diharap menjadi model yang baik dengan menjadi teladan untuk anak. Selanjutnya, meluangkan waktu berkualitas secara rutin dengan anak. "Menemani anak mengerjakan PR, misalnya," ujar Ajeng.
Orang tua juga diharap fokus pada perilaku positif anak. "Memberikan pujian kepada anak. Orang tua tidak melulu fokus pada prestasi anak, jika anak memiliki perilaku yang baik, suka menolong, itu lebih baik," kata Ajeng.
Selain itu, orang tua juga harus memberikn konsekuensi logis, bersikap tegas, disiplin, jelas dan konsisten.
"Saat mengerjakan PR misalnya, kasih pilihan, kalau tidak segera dikerjakan konsekuensinya bisa jadi PR-nya enggak selesai, bisa jadi pagi kebingungan," ujar Ajeng.
Cara selanjutnya adalah melakukan diskusi dan negoisasi dengan anak. Menurut Ajeng, tua harus memonitor apa yang dikerjakan anak, mengingatkan manajemen waktu untuk melakukan sesuatu dengan tuntas.
Orang tua juga harus menciptakan komunikasi efektif dengan anak. "Misalnya, orang tua bisa sharing pengalaman saat dulu tidak mengerjakan PR, sehingga anak juga merasa bahwa orang tuanya pernah di posisi mereka," kata Ajeng.
Selain itu, untuk menerapkan pola asuh positive parenting, orang tua juga diharap dapat memberi ruang tumbuh dan memberi kesempatan bagi anak untuk melakukan kesalahan. "Ini penting karena anak bisa belajar dari kesalahan," ujar Ajeng.
Terakhir, orang tua harus memberikan cinta tanpa syarat. "Orang tua harus memahami anaknpunya keunggulan dan potensi yajg dimiliki," tambah Ajeng.
Baca juga: Menjadi orangtua versi Andien
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: