INASGOC: Arena Asian Games bebas dari penamaan perusahaan swasta
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (tengah) bersama Ketua Inasgoc Erick Thohir (kedua kanan) disaksikan Ketua Umum PB Persani Ilya Avianti (kanan) dan Technical Manager Asian Gymnastics Union Anis Saoud (kedua kiri) saat upacara pembukaan 15th Junior Artistic Asian Championships di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (25/4/2018). Kejuaraan senam artistik junior yang digelar pada 25-28 April ini diikuti 132 atlet dari 20 negara di Asia sebagai ajang test event Asian Games 2018 serta sebagai kualifikasi Olimpiade Remaja 2018 di Argentina. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
"Sesuai peraturan dari Dewan Olimpade Asia (OCA), tidak ada 'ambush marketing'. Mohon maaf, arena-arena itu tidak akan ada mereknya," kata Ketua INASGOC Erick Thohir selepas jumpa pers Rapat ke-9 Koordinasi Komite Asian Games di Jakarta, Rabu.
INASGOC, menurut Erick, akan menjaga penyelenggaraan Asian Games dari kegiatan promosi secara tersembunyi perusahaan-perusahaan yang bukan menjadi sponsor Asian Games ke-18, termasuk penamaan arena.
"Total dana pemasukan dari sponsor kepada kami mencapai Rp800 miliar. Jika kami dinilai wanprestasi, kami akan mendapatkan sengketa dan sponsor tidak akan membayar ke kami. Itu artinya, kami akan kembali minta anggaran dari negara," kata Erick.
Sebelumnya, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) Gatot Tetuko mengatakan lembaganya belum memutuskan pengubahan nama arena pertandingan sebagai hasil kerjasama dengan pihak swasta.
"Kami belum memutuskan iya atau tidak dengan siapapun, apalagi kontrak. Kami memang mempertimbangkan pengelolaan GBK setelah Asian Games. Salah satunya, setiap arena bersifat multi-fungsi bahkan kegiatan non-olahraga," kata Gatot.
GBK, lanjut Gatot, belum mempunyai regulasi terkait penamaan arena olahraga oleh pihak ketiga atau sponsor meskipun selalu membuka peluang untuk menjalin kerjasama.
"Kami selalu berpikir keras karena GBK telah dibangun begitu hebat. Biaya operasional untuk Stadion Utama saja mencapai Rp30 miliar setiap tahun dan untuk seluruh komplek GBK mencapai Rp120-Rp130 miliar dalam setahun," kata Gatot.
Gatot mengatakan biaya operasional itu telah meningkat empat kali lipat dibanding biaya operasional GBK sebelum renovasi jelang Asian Games 2018.
Sebelumnya, Blibli sebagai perusahaan perdagangan melalui jaringan Internet (e-commerce) yang menjadi sponsor Indonesia Terbuka 2018 mengeluarkan siaran pers resmi yang berisi perubahan nama Stadion Istora menjadi Blibli Arena.
"Perubahan nama Istora Senayan menjadi Blibli Arena menunjukkan totalitas kami untuk mendukung semua kegiatan positif masyarakat Indonesia, salah satunya kejuaraan olahraga bulu tangkis," kata Direktur Utama Blibli.com Kusumo Martanto.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018