Wapres sebut momen pelemahan rupiah bisa dimanfaatkan genjot produk ekspor
8 Mei 2018 15:55 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan keterangan pers kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (08/05/2018). (Fransiska Ninditya)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi hingga mencapai Rp14.028 pada Selasa pagi bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan memproduksi produk dalam negeri untuk keperluan ekspor.
"Di lain pihak memang akan terjadi kenaikan harga-harga bahan baku impor, tetapi itu bisa diselesaikan dengan mendorong orang untuk produksi dalam negeri sebagai akibat impor yang mahal," katanya di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa.
Wapres menjelaskan persoalan rupiah bukan diakibatkan oleh faktor tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi perekonomian dunia terutama di Ameria Serikat.
"Masalah rupiah itu tidak berdiri sendiri. Itu sangat tergantung dengan ekonomi dunia, khususnya ekonomi di Amerika karena ekonomi di Amerika menguat artinya rupiah melemah," tambahnya.
Akibat dari lemahnya rupiah terhadap dolar AS, harga impor yang dilakukan Indonesia menjadi mahal. Sebaliknya, kegiatan ekspor pendapatannya menjadi naik.
"Rupiah melemah itu memang untuk impor jadi kemahalan, tetapi untuk ekspor pendapatannya menjadi lebih banyak. Sedangkan masalah kita sekarang ini adalah defisit ekspor-impor yang perlu diperbaiki," jelasnya.
Baca juga: Pelemahan rupiah untungkan eksportir
Baca juga: Stabilisasi rupiah, BI disarankan jangan hanya andalkan cadangan devisa
Baca juga: BKF Kemenkeu sebut pengelolaan APBN belum terganggu depresiasi rupiah
Baca juga: Rupiah Selasa pagi Rp14.028 per dolar AS
"Di lain pihak memang akan terjadi kenaikan harga-harga bahan baku impor, tetapi itu bisa diselesaikan dengan mendorong orang untuk produksi dalam negeri sebagai akibat impor yang mahal," katanya di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa.
Wapres menjelaskan persoalan rupiah bukan diakibatkan oleh faktor tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi perekonomian dunia terutama di Ameria Serikat.
"Masalah rupiah itu tidak berdiri sendiri. Itu sangat tergantung dengan ekonomi dunia, khususnya ekonomi di Amerika karena ekonomi di Amerika menguat artinya rupiah melemah," tambahnya.
Akibat dari lemahnya rupiah terhadap dolar AS, harga impor yang dilakukan Indonesia menjadi mahal. Sebaliknya, kegiatan ekspor pendapatannya menjadi naik.
"Rupiah melemah itu memang untuk impor jadi kemahalan, tetapi untuk ekspor pendapatannya menjadi lebih banyak. Sedangkan masalah kita sekarang ini adalah defisit ekspor-impor yang perlu diperbaiki," jelasnya.
Baca juga: Pelemahan rupiah untungkan eksportir
Baca juga: Stabilisasi rupiah, BI disarankan jangan hanya andalkan cadangan devisa
Baca juga: BKF Kemenkeu sebut pengelolaan APBN belum terganggu depresiasi rupiah
Baca juga: Rupiah Selasa pagi Rp14.028 per dolar AS
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: