Bawang impor mulai banjiri pasar tradisional
7 Mei 2018 23:41 WIB
Arsip: Ketua Umum Himpunan Alumni IPB (HA IPB) Fathan Kamil (kiri) menyerahkan secara simbolis bawang merah kepada perwakilan alumni IPB saat Gerakan Peduli Petani Bawang Merah di Gedung Alumni IPB, jalan Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/1/2018). (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Kediri (ANTARA News) - Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin melakukan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Induk Pare menjelang Ramadhan 2018 dan mendapati bawang impor mulai membanjiri pasar terebut.
Tim satgas mendatangi lapak jualan milik Siti Munawaroh. Tim melakukan dialog dan diketahui ada bawang merah impor dari Pakistan. Harga jual bawang impor lebih murah ketimbang lokal.
"Harganya Rp15.000 per kilogram, sedangkan yang bawang merah lokal Rp20.000 per kilogram. Namun, bawang merah impor ini adanya hanya antara Februari hingga bulan Juni, setelah itu akan habis dengan sendirinya," kata Siti di sela pemantauan itu.
Ia mengatakan, bawang merah impor ini juga cukup disukai pembeli. Banyak pelanggan yang membeli bawang merah impor, sebab dari sisi harga ada selisih yang cukup banyak.
"Bawang merah impor ini biasanya digunakan untuk digoreng sebagai campuran sate, nasi goreng, bakso dan lain-lain," kata dia.
Walaupun peminat bawang merah impor cukup banyak, siti menyebut banyak juga masyarakat yang tetap memilih membeli bawang merah lokal, sebab kualitas dan rasanya yang dinilai berbeda.
"Sebagian besar masyarakat tetap lebih memilih bawang merah lokal karena kualitas dan rasanya yang berbeda," ujarnya.
Selain di lapak milik Siti, tim juga sempat dialog dengan para pemilik lapak lainnya. Diketahui, harga sejumlah bahan pokok d pasar tradisional ini ada yang mulai turun. Untuk cabai keriting misalnya, harga sebelumnya adalah Rp30 ribu per kilogram, kini turun Rp2 ribu menjadi Rp28 ribu per kilogram.
Harga cabai besar merah juga sama, dari sebelumnya Rp30 ribu per kilogram, juga turun Rp2 ribu per kilogram. Cabai rawit justru paling banyak turunnya dari semula Rp24 ribu per kilogram kini menjadi Rp20 ribu per kilogram.
Bawang merah lokal kini juga relatif turun harganya, hanya sekitar Rp27 ribu per kilogram di pedagang kecil dan pedagang besar sekitar Rp20 ribu per kilogram. Untuk bawang putih harganya juga turun dari semula Rp18 ribu/kg menjadi Rp17 ribu/kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan, tim sengaja turun memantau harga bahan pokok, sebab tugas tim satgas pangan adalah melakukan monitoring, evaluasi dan membina para pedagang terkait bahan-bahan pokok yang ada di pasar dan gudang-gudang penyimpanan barang.
"Ke depannya nanti agar tidak terjadi inflasi, kami juga akan mengagendakan sidak-sidak secara berkelanjutan mulai menjelang Ramadhan, Lebaran 2018 dan tahun baru. Tujuan kami tidak mencari kesalahan atau apapun itu, tetapi wajib memberikan pembinaan kepada para pedagang agar berjualan tidak menyalahi aturan yang ada," katanya.
Hasil dari sidak ini, kata dia, juga akan menjadi evaluasi tersendiri. Para pedagang dan konsumen tidak akan saling dirugikan, sebab harga bahan pokok terkendali, terutama dari serbuan bahan impor.
"Harapan kami dengan adanya kegiatan ini kita bisa melindungi para pedagang, konsumen dan para petani lokal agar tidak merugi. Jika barang-barang impor masuk dengan tidak terkendali akan membuat harga hancur. Pedagang dan petani sebagai produsen pasti mengalami dampaknya," kata Tutik.
Tim satgas mendatangi lapak jualan milik Siti Munawaroh. Tim melakukan dialog dan diketahui ada bawang merah impor dari Pakistan. Harga jual bawang impor lebih murah ketimbang lokal.
"Harganya Rp15.000 per kilogram, sedangkan yang bawang merah lokal Rp20.000 per kilogram. Namun, bawang merah impor ini adanya hanya antara Februari hingga bulan Juni, setelah itu akan habis dengan sendirinya," kata Siti di sela pemantauan itu.
Ia mengatakan, bawang merah impor ini juga cukup disukai pembeli. Banyak pelanggan yang membeli bawang merah impor, sebab dari sisi harga ada selisih yang cukup banyak.
"Bawang merah impor ini biasanya digunakan untuk digoreng sebagai campuran sate, nasi goreng, bakso dan lain-lain," kata dia.
Walaupun peminat bawang merah impor cukup banyak, siti menyebut banyak juga masyarakat yang tetap memilih membeli bawang merah lokal, sebab kualitas dan rasanya yang dinilai berbeda.
"Sebagian besar masyarakat tetap lebih memilih bawang merah lokal karena kualitas dan rasanya yang berbeda," ujarnya.
Selain di lapak milik Siti, tim juga sempat dialog dengan para pemilik lapak lainnya. Diketahui, harga sejumlah bahan pokok d pasar tradisional ini ada yang mulai turun. Untuk cabai keriting misalnya, harga sebelumnya adalah Rp30 ribu per kilogram, kini turun Rp2 ribu menjadi Rp28 ribu per kilogram.
Harga cabai besar merah juga sama, dari sebelumnya Rp30 ribu per kilogram, juga turun Rp2 ribu per kilogram. Cabai rawit justru paling banyak turunnya dari semula Rp24 ribu per kilogram kini menjadi Rp20 ribu per kilogram.
Bawang merah lokal kini juga relatif turun harganya, hanya sekitar Rp27 ribu per kilogram di pedagang kecil dan pedagang besar sekitar Rp20 ribu per kilogram. Untuk bawang putih harganya juga turun dari semula Rp18 ribu/kg menjadi Rp17 ribu/kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan, tim sengaja turun memantau harga bahan pokok, sebab tugas tim satgas pangan adalah melakukan monitoring, evaluasi dan membina para pedagang terkait bahan-bahan pokok yang ada di pasar dan gudang-gudang penyimpanan barang.
"Ke depannya nanti agar tidak terjadi inflasi, kami juga akan mengagendakan sidak-sidak secara berkelanjutan mulai menjelang Ramadhan, Lebaran 2018 dan tahun baru. Tujuan kami tidak mencari kesalahan atau apapun itu, tetapi wajib memberikan pembinaan kepada para pedagang agar berjualan tidak menyalahi aturan yang ada," katanya.
Hasil dari sidak ini, kata dia, juga akan menjadi evaluasi tersendiri. Para pedagang dan konsumen tidak akan saling dirugikan, sebab harga bahan pokok terkendali, terutama dari serbuan bahan impor.
"Harapan kami dengan adanya kegiatan ini kita bisa melindungi para pedagang, konsumen dan para petani lokal agar tidak merugi. Jika barang-barang impor masuk dengan tidak terkendali akan membuat harga hancur. Pedagang dan petani sebagai produsen pasti mengalami dampaknya," kata Tutik.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: