STIA Mataram bentengi mahasiswanya dari paham radikalisme
2 Mei 2018 19:15 WIB
Dokumentasi Petugas mengecat lambang Garuda Pancasila sebagai bagian dekorasi jelang perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Sabtu (23/12/2017). Perayaan Natal 2017 di gereja tersebut mengambil tema Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam Hatimu. (ANTARA /Sigid Kurniawan )
Mataram (ANTARA News) - Sekolah Tinggi Ilmu Adimistrasi (STIA) Mataram membentengi mahasiswanya dari pengaruh paham radikalisme dan terorisme yang membahayakan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kami sudah memulai sejak dulu, terutama kepada mahasiswa baru diberikan bekal tentang bahaya terorisme dan hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme," kata Ketua STIA Mataram Syaumudinsyah, pada apel memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Mataram, Rabu.
STIA Mataram juga membangun "soft skill" melalui berbagai kegiatan yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan unit kegiatan mahasiswa.
Selain itu, juga melakukan pengajian rutin di musala yang diselingi dengan siraman rohani sehingga membuka cakrawala berpikir mahasiswa tentang perlunya membentengi diri agar tidak tersusupi hal-hal bersifat intoleran dan paham radiklasme.
Menurut Syaumudinsyah, Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman agama, suku dan budaya.
Oleh sebab itu, bapak bangsa Indonesia (Founding Fathers) menyepakati Pancasila sebagai ideologi karena menyadari bahwa Republik Indonesia tidak hanya ada umat muslim, tapi ada juga penganut kepercayaan lainnya.
"Kami selalu berpesan kepada mahasiswa agar selalu memelihara NKRI dalam bentuk toleransi dan keberagaman. Ibarat pelangi, warnanya bermacam-macam tapi sangat indah dipandang," ujarnya.
STIA Mataram juga mendukung program Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Kemenristekdikti), menggandeng Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), untuk memastikan perguruan tinggi bebas dari radikalisme dan terorisme.
Hardiknas juga dijadikan sebagai momen penuh makna, inspirasi dan motivasi dalam memajukan peradaban nasional melalui pengembangan sumber daya manusia yang jauh dari paham radikalisme dan intoleran.
Lebih lanjut, Syaumudinsyah menambahkan di dalam pengembangan sumber daya manusia itu sendiri, terlebih pendidikan tinggi memegang peranan kunci. Hal itu disebabkan dalam pendidikan tinggi terdapat keharusan melakukan riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan manusia Indonesia dan dunia.
"Keharusan perguruan tinggi melaksanakan riset serta inovasi semakin penting dalam situasi sosial yang penuh disrupsi di era Revolusi Industi 4.0," ucap Syaumudinsyah, membacakan sambutan Menristekdikti H Mohamad Nasir.
"Kami sudah memulai sejak dulu, terutama kepada mahasiswa baru diberikan bekal tentang bahaya terorisme dan hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme," kata Ketua STIA Mataram Syaumudinsyah, pada apel memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Mataram, Rabu.
STIA Mataram juga membangun "soft skill" melalui berbagai kegiatan yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan unit kegiatan mahasiswa.
Selain itu, juga melakukan pengajian rutin di musala yang diselingi dengan siraman rohani sehingga membuka cakrawala berpikir mahasiswa tentang perlunya membentengi diri agar tidak tersusupi hal-hal bersifat intoleran dan paham radiklasme.
Menurut Syaumudinsyah, Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman agama, suku dan budaya.
Oleh sebab itu, bapak bangsa Indonesia (Founding Fathers) menyepakati Pancasila sebagai ideologi karena menyadari bahwa Republik Indonesia tidak hanya ada umat muslim, tapi ada juga penganut kepercayaan lainnya.
"Kami selalu berpesan kepada mahasiswa agar selalu memelihara NKRI dalam bentuk toleransi dan keberagaman. Ibarat pelangi, warnanya bermacam-macam tapi sangat indah dipandang," ujarnya.
STIA Mataram juga mendukung program Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Kemenristekdikti), menggandeng Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), untuk memastikan perguruan tinggi bebas dari radikalisme dan terorisme.
Hardiknas juga dijadikan sebagai momen penuh makna, inspirasi dan motivasi dalam memajukan peradaban nasional melalui pengembangan sumber daya manusia yang jauh dari paham radikalisme dan intoleran.
Lebih lanjut, Syaumudinsyah menambahkan di dalam pengembangan sumber daya manusia itu sendiri, terlebih pendidikan tinggi memegang peranan kunci. Hal itu disebabkan dalam pendidikan tinggi terdapat keharusan melakukan riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan manusia Indonesia dan dunia.
"Keharusan perguruan tinggi melaksanakan riset serta inovasi semakin penting dalam situasi sosial yang penuh disrupsi di era Revolusi Industi 4.0," ucap Syaumudinsyah, membacakan sambutan Menristekdikti H Mohamad Nasir.
Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: