JK mendapat anugerah "Lifetime Achievement" kebencanaan
2 Mei 2018 12:54 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima penghargaan “Lifetime Achievement” bidang Kebencanaan dari Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Harkunti Pertiwi Rahayu di Universitas Andalasa, Padang, Rabu. (Fransiska Ninditya)
Padang (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla di Padang, Rabu, menerima penghargaan “Lifetime Achievement” bidang kebencanaan menyusul perannya dalam penanggulangan bencana di Tanah Air.
"Saya di pemerintahan kebetulan memang sejak awal menangani bencana. Saat menjadi Menkokesra, kemudian waktu saya naik pangkat jadi Wapres (2004) saya jadi Ketua Bakornas BNPB,” kata JK pada pidato Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan ke-5 di Universitas Andalas, Padang.
JK menceritakan kembali pengalamannya saat memimpin penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 24 Desember 2004.
Tiga hal utama yang harus dilakukan dalam penanggulangan bencana, menurut Kalla, adalah menyelamatkan orang, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah terdampak bencana.
Dia mengingat pengalamannya waktu mengeluarkan fatwa untuk menguburkan massal ratusan ribu korban tsunami Aceh.
“Saya berlakukan keadaan darurat. Semua orang datang bertanya bagaimana mayat-mayat ini apakah perlu dikafani dan disalatkan. Saya cari ulama-ulama tidak ada karena jadi korban juga. Akhirnya saya buat fatwa, bahwa ini keadaan syahid, darurat; jadi ini dikuburkan tidak perlu dimandikan dan dikafani. Maka dibuatlah kuburan massal,” kata JK.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyebut anugerah Lifetime Achievement bidang kebencanaan itu tepat diberikan kepada Jusuf Kalla.
"Kalau kita bicara masalah bencana di hadapan Pak Wapres, itu kita jadi ciut. Karena beliau ini pelaku sekaligus pemikir soal penanggulangan bencana sejak dua dekade lalu. Saya ingat waktu itu saya masih berpangkat kolonel. Jadi beliau ini adalah soko guru penanggulangan bencana,” kata Willem.
Jusuf Kalla menjadi orang pertama yang mendapat penghargaan ini atas perannya memimpin upaya penanggulangan bencana sejak tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta 2006 dan gempa bumi Sumatera Barat 2009.
Baca juga:Wapres Kalla bertolak ke Padang
"Saya di pemerintahan kebetulan memang sejak awal menangani bencana. Saat menjadi Menkokesra, kemudian waktu saya naik pangkat jadi Wapres (2004) saya jadi Ketua Bakornas BNPB,” kata JK pada pidato Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan ke-5 di Universitas Andalas, Padang.
JK menceritakan kembali pengalamannya saat memimpin penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 24 Desember 2004.
Tiga hal utama yang harus dilakukan dalam penanggulangan bencana, menurut Kalla, adalah menyelamatkan orang, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah terdampak bencana.
Dia mengingat pengalamannya waktu mengeluarkan fatwa untuk menguburkan massal ratusan ribu korban tsunami Aceh.
“Saya berlakukan keadaan darurat. Semua orang datang bertanya bagaimana mayat-mayat ini apakah perlu dikafani dan disalatkan. Saya cari ulama-ulama tidak ada karena jadi korban juga. Akhirnya saya buat fatwa, bahwa ini keadaan syahid, darurat; jadi ini dikuburkan tidak perlu dimandikan dan dikafani. Maka dibuatlah kuburan massal,” kata JK.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyebut anugerah Lifetime Achievement bidang kebencanaan itu tepat diberikan kepada Jusuf Kalla.
"Kalau kita bicara masalah bencana di hadapan Pak Wapres, itu kita jadi ciut. Karena beliau ini pelaku sekaligus pemikir soal penanggulangan bencana sejak dua dekade lalu. Saya ingat waktu itu saya masih berpangkat kolonel. Jadi beliau ini adalah soko guru penanggulangan bencana,” kata Willem.
Jusuf Kalla menjadi orang pertama yang mendapat penghargaan ini atas perannya memimpin upaya penanggulangan bencana sejak tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta 2006 dan gempa bumi Sumatera Barat 2009.
Baca juga:Wapres Kalla bertolak ke Padang
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018
Tags: