Ankara (ANTARA News) - Iran memiliki kapabilitas teknik untuk mengayakan uranium ke tingkat lebih tinggi dari pada yang bisa dibuat Iran sebelum kesepakatan nuklir dicapai demi menghentikan program nulir Iran, lapor televisi Iran mengutip kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberi tenggat waktu sampai 12 Mei kepada negara-negara Eropa yang menandatangani perjanjian nuklir Iran itu untuk mengatasi cacat pada perjanjian itu. Jika tenggat waktu itu dilewati maka AS akan memperpanjang sanksi kepada Iran.

Salehi memperingatkan Trump untuk tidak melakukan hal itu.

"Iran tidak sedang membual. Secara teknis kami sepenuhnya siap memperkaya uranium pada tingkat lebih tinggi ketimbang yang kami produksi sebelum kesepakatan nuklir dicapai. Saya harap Trump menyadarinya dan mematuhi kesepakatan itu," kata Salehi.

Di bawah kesepakatan yang mengantarkan pencabutan sanksi internasional kepada Iran pada 2016, tingkat pengayaan Uranium Iran masih sekitar 3,6 persen.

Baca juga: Trump akan buat Iran tak mimpi lagi senjata nuklir

Iran menghentikan produksi 20 persen Uranium diperkaya dan telah menyerahkan sebagian besar cadangan uraniumnya sebagai bagian dari kesepakatan dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, China dan Rusia.

Uranium dimurnikan sampai 20 persen dari biasanya 5 persen untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Sedangkan untuk dibuat bom nuklir dibutuhkan pemurnian 80 sampai 90 persen.

Iran sudah menolak kemungkinan menegosiasikan program peluru kendali balistik dan aktivitas nuklirnya sampai 2025 serta peran internasionalnya di Timur Tengah, seperti diminta Trump.

Inggris, Prancis dan Jerman sudah menyatakan dukungan kepada perjanjian itu yang disebut mereka sebagai pilihan terbaik dalam menghentikan program senjata nuklir Iran. Tetapi ketiga negara menyeru Iran untuk membatasi pengaruh regionalnya dan menghentikan program peluru kendalinya, demikian Reuters.

Baca juga: Usik perjanjian nuklir, Donald Trump dikatai saudagar oleh Iran