Jember (Antara News) --Total kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Triwulan I 2018 ini mencapai 1.924,5 MW dari target akhir tahun sebesar 2.058,5 MW. Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai produsen listrik panas bumi peringkat kedua di dunia setelah Amerika Serikat, yang semula ditempati Filipina.




"Hingga akhir bulan Maret ini kapasitas terpasang PLTP kita sebesar 1.924,5 MW. Dengan capaian ini kita patut bangga karena dengan capaian sebesar itu kita melebihi Filipina yang sebesar 1.870 MW. Ini artinya, kita telah menjadi produsen panas bumi nomor 2 di dunia," ungkap Direktur Panas Bumi, Ida N. Finahari dalam Seminar Nasional Energi 2018 bertajuk "Geothermal is Renewable Energy for Realizing Sustainable Development Goals at 2030" di Jember (28/4), mewakili Wamen ESDM.




Ida menjelaskan penambahan kapasitas terpasang PLTP tahun 2018 berasal dari beroperasinya PLTP Karaha kapasitas 30 MW dan PLTP Sarulla Unit 3 kapasitas 110 MW, yang telah COD 2 April 2018 kapasitas 86 MW. Selanjutnya akan menyusul pada bulan Agustus 2018 PLTP Sorik Marapi Modullar Unit 1 dengan kapasitas 20 MW, serta PLTP Sorik Marapi Unit 1 kapasitas 30 MW, PLTP Lumut Balai Unit 1 kapasitas 55 MW, dan PLTP Sokoria Unit 1 kapasitas 5 MW pada bulan Desember 2018.




"Potensi Panas Bumi yang sangat besar tersebar di 342 titik potensi di seluruh penjuru Indonesia. Kapasitas PLTP saat ini sebesar 1.924,5 MW atau baru 11% yang dimanfaatkan. Oleh karenanya Pemerintah terus berupaya mendorong investasi panas bumi untuk mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi sebagai salah satu energi terbarukan, antara lain pemberian fiskal dan nonfiskal," tambahnya.




Berikut beberapa upaya terobosan pengembangan panas bumi yang dilaksanakan Pemerintah: (1) pengembangan panas bumi di wilayah timur, (2) penugasan kepada BUMN, (3) penyederhanaan perizinan, (4) penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi, dan (5) geothermal fund dan government drilling.




Di hadapan sekitar 210 mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Timur, Ida berpesan agar mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program Pemerintah untuk sektor energi. "Mahasiswa adalah mitra strategis bagi kami, oleh karenanya mahasiswa tidak boleh berhenti untuk terus belajar dan mencari informasi terhadap kondisi energi, serta meningkatkan kepedulian terhadap energi dan hemat dalam penggunaannya,"pungkas Ida.