Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyampaikan, saat ini IKM kerajinan menjadi salah satu tombak ekonomi kerakyatan yang tahan krisis ekonomi global.



“Meski krisis keuangan melanda dunia, produk kerajinan nasional tetap laku dan berdiri kokoh sebagai salah satu penyumbang komoditas ekspor terbesar di Indonesia,” kata Gati melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.



Menurut Gati, pembeli atau peminat produk kerajinan nasional sebagian besar berasal dari berbagai kalangan di dalam maupun luar negeri.



“Mereka menghargai nilai tambah dari produk lokal yang mencangkup aspek seni, budaya dan sejarah,” ujarnya.



Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 yang diolah Ditjen IKM Kemenperin, sebanyak 695 ribu unit usaha untuk sektor IKM kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), serta produk anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya.



“Setiap tahunnya, nilai tambah IKM di sektor ini terus melonjak naik. Pada tahun 2014 nilai tambah sekitar Rp25,356 triliun, naik menjadi Rp26,743 triliun tahun 2015,” sebut Gati.



Dirjen IKM juga mengatakan, pameran Inacraft telah membuka peluang besar bagi para pengrajin untuk memperluas akses pasar dan mengembangkan jaringan pemasaran hingga kemanca negara.



“Dengan demikian prioritas utama peningkatan industri kerajinan dalam negeri dapat terpenuhi dan terfasilitasi dengan baik,” jelasnya.



Dalam memfasilitasi perluasan produk IKM, Kemenperin telah mengajak pelaku IKM untuk ikut serta dalam program e-Smart IKM.



Melalui program ini, produk-produk IKM diharapkan dapat menjangkau pasar yang lebih luas termasuk ekspor dengan memanfaatkan teknologi digital.



Pada ajang Inacraft 2018, Kemenperin menyediakan booth sosialisasi program Ditjen IKM berupa Klinik Pengembangan Desain Kemasan dan Merek dan Klinik Hak Kekayaan Intelektual (HKI).



“Di booth ini, para pengunjung bisa berkonsultasi terkait kemasan yang tepat untuk produknya, serta mendapatkan ilmu tentang desain merek produk IKM yang baik,” ucapnya.



Gati berharap, kualitas produk IKM nasional semakin meningkat, baik dari segi kemasan, desain, serta labelling.



Sedangkan, di booth Klinik HKI, pengunjung bisa berkonsultasi mendapatkan informasi tentang layanan maupun perlindungan tentang HKI, serta mendapatkan fasilitasi pendaftaran HKI dari Ditjen IKM Kemenperin.



Selain itu, Kemenperin juga memamerkan produk hasil karya BCIC. Dalam hal ini, Ditjen IKM menginisiasi kolaborasi yang melibatkan jajaran perancang terkemuka Indonesia sebagai motor penggerak inovasi, dengan kriyawan terkurasi sebagai penghasil dari kriya tersebut.



“Sejak 2015, BCIC menjadi tempat berkumpul para wirausaha dan inkubator kreatif di bidang fesyen, kriya, dan animasi,” ungkapnya.



Dengan meningkatnya kreativitas pelaku usaha dalam mengembangkan desain dan kualitas produknya, Gati meyakini, dapat pula meningkatkan nilai tambah dan daya saingnya.



Sehingga pelaku IKM kerajinan dapat lebih mengembangkan eksistensinya baik di kancah nasional maupun internasional.



“Semoga pameran ini dapat memberikan sumbangsih kepada seluruh peserta untuk meningkatkan produktivitas, mengedukasi dan merangsang pemahaman mereka dalam hal mempromosikan produk kerajinan secara aktif dan komprenhensif,” tuturnya.