Sri Mulyani: Indonesia harus bisa manfaatkan penguatan dolar
26 April 2018 16:24 WIB
Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, di Jakarta, Selasa (24/4/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (24/4/2018), melemah hingga menyentuh level Rp13.900 per dolar Amerika Serikat. Kamis pagi ini, kurs dolar Amerika Serikat di posisi Rp13.922. Masih banyak bahan baku produk nasional berasal dari impor, di antaranya kedelai. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan, perubahan di dalam lingkungan global dan regional harus bisa dimanfaatkan secara positif oleh ekonomi Indonesia terutama dari sisi ekspor. Dia mengacu pada pergerakan mata uang dolar Amerika Serikat di mana rupiah melemah terhadap mata uang ini.
Ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, Mulyani mengatakan, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat memungkinkan perbaikan dari sisi daya saing sektor ekspor Indonesia.
"Hanya kita perlu untuk mempelajari bahwa komoditas-komoditas ekspor Indonesia, yang seharusnya bisa mendapatkan keuntungan dari penguatan dolar ini, tentunya harus mampu memiliki daya kompetisi," kata dia.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia juga mengatakan bahwa upaya memperbaiki penguatan daya saing sektor ekspor Indonesia sedang dan terus dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Kami tentu melihat bahwa elastisitas atau sensitivitas dari ekspor kita terhadap perubahan nilai tukar harus bisa diperbaiki, sehingga mereka bisa merespons dengan kenaikan ekspor dan ini tentu akan menjadi baik dari sisi transaksi berjalannya di mana ekspor meningkat dan impor menjadi relatif lebih mahal, akan menjadi jauh atau bisa membaik," kata dia.
Mulyani menilai kondisi global saat ini merupakan kesempatan yang tepat untuk memacu ekspor. Daya saing ekspor, terutama produk manufaktur, perlu dipacu mengingat komoditas yang berasal dari barang mentah cenderung memiliki elastisitas yang tidak terlalu tinggi.
"Mumpung pertumbuhan global sedang positif, oleh karena itu permintaan dari negara-negara yang memiliki pertumbuhan relatif tinggi menjadi ada," kata dia.
Dia mengatakan, penyesuaian kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan yang sedang terjadi di Amerika Serikat akan memengaruhi kondisi ekonomi seluruh dunia.
Pemerintah akan mengantisipasi terkait konteks pergerakan kebijakan negeri Paman Sam itu Dari sisi nilai tukar maupun suku bunga, pemerintah akan melihat sensivitasnya terhadap seluruh pos-pos, baik itu dari sisi penerimaan maupun belanja.
Dia yakin, dengan ada sensitivitas terhadap nilai tukar, suku bunga, dan harga minyak, defisit APBN 2018 masih akan tetap terjaga di kisaran 2,19 persen sesuai UU APBN.
"Bahkan mungkin bisa lebih rendah apabila PNBP dari minyak akan bisa mengompensasi kemungkinan terjadinya pelemahan dari sisi penerimaan pajak," ujar dia.
Ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, Mulyani mengatakan, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat memungkinkan perbaikan dari sisi daya saing sektor ekspor Indonesia.
"Hanya kita perlu untuk mempelajari bahwa komoditas-komoditas ekspor Indonesia, yang seharusnya bisa mendapatkan keuntungan dari penguatan dolar ini, tentunya harus mampu memiliki daya kompetisi," kata dia.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia juga mengatakan bahwa upaya memperbaiki penguatan daya saing sektor ekspor Indonesia sedang dan terus dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Kami tentu melihat bahwa elastisitas atau sensitivitas dari ekspor kita terhadap perubahan nilai tukar harus bisa diperbaiki, sehingga mereka bisa merespons dengan kenaikan ekspor dan ini tentu akan menjadi baik dari sisi transaksi berjalannya di mana ekspor meningkat dan impor menjadi relatif lebih mahal, akan menjadi jauh atau bisa membaik," kata dia.
Mulyani menilai kondisi global saat ini merupakan kesempatan yang tepat untuk memacu ekspor. Daya saing ekspor, terutama produk manufaktur, perlu dipacu mengingat komoditas yang berasal dari barang mentah cenderung memiliki elastisitas yang tidak terlalu tinggi.
"Mumpung pertumbuhan global sedang positif, oleh karena itu permintaan dari negara-negara yang memiliki pertumbuhan relatif tinggi menjadi ada," kata dia.
Dia mengatakan, penyesuaian kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan yang sedang terjadi di Amerika Serikat akan memengaruhi kondisi ekonomi seluruh dunia.
Pemerintah akan mengantisipasi terkait konteks pergerakan kebijakan negeri Paman Sam itu Dari sisi nilai tukar maupun suku bunga, pemerintah akan melihat sensivitasnya terhadap seluruh pos-pos, baik itu dari sisi penerimaan maupun belanja.
Dia yakin, dengan ada sensitivitas terhadap nilai tukar, suku bunga, dan harga minyak, defisit APBN 2018 masih akan tetap terjaga di kisaran 2,19 persen sesuai UU APBN.
"Bahkan mungkin bisa lebih rendah apabila PNBP dari minyak akan bisa mengompensasi kemungkinan terjadinya pelemahan dari sisi penerimaan pajak," ujar dia.
Pewarta: Roberto Basuki
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: